Sepotong Daun Kering #2

2
-We’re Gonna Be Alright-
KARIN tidak berhenti memandang kearah panggung. Ayat masih menyanyikan She’s gone nya Steel Heart dengan suaranya yang khas. Penampilan terbaiknya siang ini tentu sesuai dengan ambisinya untuk menjadi wakil dari kampus yang akan dikirim ke Sulawesi Barat.
She’s gone
Out of my life.
I was wrong.
I’m to blame.
I was so untrue.
I can’t live without her love.
            ---cuplikan“She’s Gone”, Steel Heart

Perlahan beberapa butir air mata menetes dengan lancarnya dipelupuk mata Karin. Lelaki yang tengah dengan penuh khitmat bernyanyi didepan itu satu tahun silam masih berada disampingnya sebagai seorang kekasih dan saat ini, dia dan lelaki itu- sebatas penonton dan penyanyi- atau seorang peserta dan panitia.
Cinta ternyata sebercanda itu bisa mengubah posisi dari sangat dekat menjadi – bukan siapa-siapa. Kita- Menjadi antara aku dan kamu
Cinta juga begitu bercanda ketika mengubah yang bukan siapa-siapa menjadi segalanya, begitu juga sebaliknya. Namun tak ada arti jika akhirnya juga berhenti dengan segala alasan yang dibuat hanya untuk mengakhiri sebuah hubungan yang telah dijalin sedemikiannya.
Butir air mata yang tumpah dari sudut mata Karin siang itu adalah bukti nyata bahwa Ayat masih tersimpan rapi didalam hatinya sebagai seorang yang tidak bisa digambarkan oleh apapun, sebagai seorang yang tidak dapat digantikan oleh apapun selama ia mengenal lelaki dalam hidupnya. Bahkan setelah satu tahun lamanya--
Cinta begitu membutakan mata seorang Karin, ada banyak yang bisa ia cintai namun tak pernah terlepas pandangan matanya dengan sesosok yang tengah berada diatas panggung.

Midnight shadows
When finding love is a battle
But daylight is so close
So don't you worry 'bout a thing

We're gonna be alright
We're gonna be alright
We're gonna be alright

Baby don't you know
All them tears gon' come and go
Baby you just gotta make up your mind
That every little thing is gonna be alright
Baby don't you know
All them tears gon' come and go
Baby you just gotta make up your mind
We decide it

We're gonna be alright
We're gonna be alright
We're gonna be alright

In slow motion
Can't seem to get where we're going
But the hard times are golden
Cause they all lead to better days

We're gonna be alright
We're gonna be alright
We're gonna be alright

Baby don't you know
All them tears gon' come and go
Baby you just gotta make up your mind
That every little thing is gonna be alright
Baby don't you know
All them tears gon' come and go
Baby you just gotta make up your mind
We decide it

We're gonna be alright
We're gonna be alright (ooh baby!)
We're gonna be alright
We're gonna be alright, yeah

                        --“Be Alright”, Ariana Grande

            “We’re gonna be alright ya Yat, Seharusnya” bathin Karin dalam hati. Mata Karin dan Ayat bertemu untuk beberapa detik dan kemudian Ayat mengalihkan pandangannya kepada penonton lain dibawah panggung, rasa grogi dan gugupnya sebelum naik kepanggung beberapa menit lalu telah hilang setelah melihat betapa antusiasnya penonton atas penampilannya pada lagu pertama tadi.
Karin terus memandang ke arah Ayat setelah menunduk beberapa detik ketika matanya dan mata Ayat bertemu. Masih dapat dimaklumi, hatinya yang menyimpan Ayat begitu rapat telah menghancurkan kepura-puraan tegarnya setahun belakangan hanya untuk menunjukkan bahwa ia akan tetap berdiri meskipun Ayat membuangnya demi perempuan lain. Janjinya-
Ayat, begitulah orang menyebut namanya. Bernama lengkap “Reynal Alfaryat”. Seorang yang mempunyai banyak kekurangan namun sempurna dimata seorang “Alifa Karina Agatta”. Tidak lepas dari kalimat yang mengagumkan dan membanggakan dari segala sisi kehidupannya. Menjadi alasan kenapa mimpi tidak jauh lebih indah daripada kenyataan ketika bersama dengan seorang Ayat.
Kau sempurna. Jika aku menghalangi kebersinaranmu untuk sukses maka meninggalkanmu akan kulakukan dan kuikhlaskan demi terciptanya kehidupan impianmu meskipun itu telah membunuh kebahagiaan dan impianku
Kau sempurna, Jika akhirnya aku tidak pantas mendampingimu maka pilihlah pendamping yang sepantasnya mampu kau banggakan dalam setiap kehidupannya. Aku hanya seorang yang akan selalu bangga dan mendukungmu, sampai kapanpun kau inginkan-
Jika tetes hujan hadir hanya untuk merendam sebuah perkampungan maka apakah kemarau panjang menjadi doa yang akan mereka panjatkan? Tentu tidak.
Jika matahari bersinar hingga panasnya terasa di ubun-ubun lantas apakah manusia berharap matahari tidak akan pernah muncul lagi? Tentu tidak.
Itu yang tidak pernah bisa kumengerti—aku, kamu, takkan pernah baik Jika menjadi kita. Lalu apakah aku lantas berharap akan ada orang lain yang bisa menggantikan tempatmu? Kau tentu tau jawabannya-

...

♫ Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku akan slalu memujamu

Disetiap langkahku
Ku kan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupmu tanpa cintamu

Janganlah kau tinggalkan diriku
Tak kan mampu menghadapi semua
hanya bersamamu kuakan bisa

Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku lengkapi diriku
Oh sayangku Kau begitu, Sempurna ♫
            ---“Sempurna”, Andra & the Backbone
...
Tepuk tangan meriah memenuhi Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Negri Yogyakarta yang diset sebagai tempat audisi solois dilaksanakan, setelah penampilan Ayat akan ada 34 peserta lainnya yang sedang menunggu giliran. Ayat sudah turun dari panggung, beberapa suara perempuan terdengar sedang menyebut dan meneriakkan namanya Ayat.. Ayat.. Ayat..
“Blank, Lo gapapa?” tanya Ditto setelah memperhatikan sahabatnya termenung agak lama
“Yaelah, Gue biasa aja. Emang gue bakal kenapa?”
“Ya, siapa tau Lo klemer lagi itu cowok nyanyi didepan Lo”
“Bukan klemer lagi Dit, gue emang selalu klemer sama doi. Lo tau lah, suara doi masih bikin gue lemah Dit”
“Ahelah, lebay lo ah”
“Ember” jawab Karin sambil mencibir Ditto sahabatnya
“Mumpung masih nampil, kita makan dulu yuk. Dari pagi kita belum makan apa-apa ini” ajak Ditto
“Oke deh. Lo traktir gue yak”
“Kagak, nraktir lo ngabisin belanja seminggu gue”
“Pelit”
Ditto dan Karin baru saja akan melangkah menuju kantin UNY ketika sesosok pria tinggi berdiri dihadapan mereka “Ayat”
“Mau kemana Rei?”
“Kekantin nih, nyari makan, kamu mau ikut?”
“Ga ganggu?”
“Haha apaan sih, biasa aja. Ganggu itu kalau kamu minta traktir. Ya kan Dit?” jawab Karin sambil bertanya meminta persetujuan sahabatnya yang disambut dengan anggukan persetujuan Ditto.
“Iya ikut aja lagi, makin rame makin seru. Gue juga berdua Karin, ya lo tau lah dia makannya mirip monster ngabisin tempat, ntar disangka orang gue yang makan besar”
“Null” ucap Karin marah
“Oke deh. Yuk Yat” ajak Ditto sebelum sahabatnya itu benar-benar ngamuk. Diikuti dengan langkah Ayat dibelakangnya sambil geleng-geleng kepala

...

“Gue mendadak kenyang nih, gue gak makan deh ya” bisik Karin kepada Ditto sesaat sampai dikantin UNY
“Gak usah lebay lo eek beruang, kalau lo gak makan gue suruh Ayat balek ke PKM nih gak usah makan bareng kita” terang Ditto marah. Kebiasaan mereka memang ketika lagi marah, kesal atau sekedar bercanda mengungkapkan segala hal yang berkaitan dengan hal-hal tidak masuk akal dan konyol. Seperti : eek beruang, upil kuda, jigong cacing, dan lain-lainnya.
“Yoi, Oke oke gue makan”
...
Karin memesan nasi goreng porsi kecil, Ditto sedang mengambil nasi prasmanan dengan lauk yang sudah dapat diduga, Ayam bakar- sementara Ayat terlihat sedang memesan jus buah naga dan burger porsi large-
“Rin, lo gak mesen jus”
“Kagak, ini aja gue udah kenyang banget”
“Lo, biasa aja kalau didepan dia. Gue gak suka lo kayak gini deh. Makin gede kepala aja dia ntar, udah ngebuang lo sementara lo masih aja cinta sama dia. Ah bego deh”
“Siapa yang bego bang?” tanya Ayat yang ternyata udah dibelakang mereka
“Oh, Ini nih si Karin. Padahal gue mau nraktir, dia makannya cuma nasi goreng” cetus Ditto spontan seketika terkejut Ayat sudah ada dibelakang mereka
“Haha, kalau gitu abang traktir jus ama burger gue aja”
“Sorry Yat, kita gak kenal” jawab Ditto yang kemudian disambut gelak tawa ketiganya. Hingga mereka terdiam untuk menghabiskan makanan yang telah mereka pesan masing-masing.
...
“Rei, Kamu sekarang sibuk apaan?” tanya Ayat
“Biasa, project nulis dia” sambar Ditto
“Apaan sih bang, enggaklah. Aku masih mahasiswa (Kupu-Kupu) Kuliah-Pulang-Kuliah-Pulang ga lebih” jawab Karin kemudian “Kamu?”
“Ya biasa, paling ikut lomba nyanyi sana-sini”
“Masih ngamen?”
“Udah enggak, gak ada yang mau nemanin aku”
“Ajak Karin aja Yat, tadi doi bilang kan gak ada kerjaan selain kuliah” Sodor Ditto
“Kamu mau nemani aku ngamen lagi Rei?”
“Eh, gak gitu jugak. Aku emm Gue, maksudnya aku gak bisa nemanin kamu”
“Kenapa?”
“Ya gabisa aja. Aku sibuk, kan bang” jawab Karin sambil menyikut Ditto disebelahnya
“Kita emang sibuk apaan?” tanya Ditto polos
“Acara kita sampai akhir tahun ini masih padat banget, gue mana ada waktu buat agenda lain” cerocos Karin kepada Ditto “Kamu nyari teman lain aja, siapa kek. Juna, Putra, Oing, Yona atau Uun. Temen kamu kan banyak. Ya” sambungnya lagi
“Oh yaudah deh. Tapi kalau kamu ada waktu buat nemenin aku kabarin ya, nomerku masih yang lama kok ya”
“Ga janji ya” jawab Karin singkat “eh, kita udah lama banget nih ninggalin PKM, jangan-jangan gue udah dicari banget sama panitia lain”
“Ye, GR banget kamu Rei” ucap Ayat, sambil mengusap kepala Karin, Ditto hanya memandang pemandangan dihadapannya tanpa ekspresi. Terbayang olehnya setelah ini sahabatnya bakal kesenangan sampai beberapa hari kemudian, bukan hanya gagal move on tapi niat untuk move on nya sudah hancur berkeping-keping bagaikan sebuah vas bunga yang jatuh kelantai hanya karna sebuah usapan kepala.
“Nuuuuuul” ucap Karin kemudian
“Gue tau, udah alay-alayan nya ntar aja deh. Acara kita masih nunggu buat diberesin”
“Nuuuuuuuul”
“Yok balik” ucap Ditto yang kemudian menarik kencang tangan Karin membuyarkan hayalan indah bakal balik lagi sama Ayat setelah lomba Solois ini selesai

...

Perlombaan solois selesai Pkl. 22:00 WIB dengan pemberian hadiah, Reynal Alfaryat. Begitu MC memanggil nama pemenang juara I.
Ayat menebarkan senyum manis dan melambaikan tangan kearah teman-temannya. Yeah, gue memang pantas digemari, batinnyaa. Terbayang olehnya setelah ini namanya akan semakin melambung dan dikenal baik dikalangan fakultasnya maupun oleh kalangan universitas.
Upacara pemberian hadiah berlangsung meriah dan lancar. Hal seperti ini yang sangat disukainya. Ada banyak ucapan dan selamat yang bakal dia dapatkan setelah kemenangannya hari ini.
Sekilas dia melihat seorang yang sempat ngebuat harinya berwarna, perempuan itu tengah membereskan alat-alat yang dipakai untuk perlombaan barusan. Kamu gak mau ngucapin apa-apa ke aku Rei?
Karin memandang dan memperhatikan Ayat yang tengah berfoto bersama juri dan pemenang lainnya sambil membereskan panggung dan alat-alat lainnya. Tidak terasa setetes air mata mendarat dipipinya.
Kamu gak pernah berubah, kamu masih sama. Tetap membuatku takjub dan bangga, selalu sampai kapanpun. Selamat Yat, aku hanya bisa memandangmu menemui kesuksesanmu tanpa bisa berada disampingmu untuk mendampingi setelah izinku kamu cabut.
“Ciyee, kekasih lo menang tuh Rin” goda Yorri
“Ah ribut, doi menang juga gue gak dapat apa-apa”
“Kenapa? Lo mau dipeluk dia juga?”
“Ngomong apaan sih Lo, gak pakek filter banget tu mulut”
“Wo wo woooo marah, lanjutkan tu kerjaan lo. Yang bener jangan mandang kepanggung mulu, ntar kesentrum”
“Iye iyeeee”

...

“Bro, selamat” Ayat menerima uluran tangan, pelukan, dan tamparan sahabat-sahabatnya yang begitu bahagia atas kemenangan yang didapatnya.
Ayat berusaha keluar dari kerumunan sahabat-sahabatnya dan bergegas menuju sasaran sebelum wanita didalam Toyota Yaris itu kabur. Ia mengetuk kaca mobil sebelum membuka pintunya. Begitu duduk didalam dan memandang cewek yang ada dibelakang setir, Ayat melongo takjub.
Makin kemilau aja ni cewek. Bola matanya yang besar dan bulu matanya yang tebal dan lentik. Hidungnya mancung dan bibirnya yang indah. Serta lesung pipinyaaaa, uhhhh!
“Masih pengen nyalamin cewek-cewek didalam PKM ya?” melihat ke arah luar mobil
“Kamu cemburu?”goda Ayat
“Enggak lah”
“Mereka gak lebih penting dari kamu Yol” godanya “Piala yang aku dapat ini buat kamu” lanjutnya kemudian
Fiona mendadak grogi dan salah tingkah dengan kondisi AC yang sudah menyala. Aduuuh, panas banget Jogja.
Fiona Arista Yola, anak Wakil Rektor I Universitas Negri Yogyakarta. Yang dikenalnya ketika satu bulan sebelum anniversary ke dua kalinya sama Karin satu tahun yang lalu.
Terakhir dia mengetahui bahwa gadis itu adalah putri pertama dari Wakil Rektor I. Kehidupannya yang glamour dan dihadiahkan dengan banyak barang mewah tidak lantas membuatnya gengsi pacaran dengan seorang Ayat yang bukan siapa-siapa. Bersama Fiona juga Ayat lebih sering menemaninya daripada ngamen untuk mencari uang seperti biasanya.
Bersama Fiona juga Ayat dapat tawaran untuk mengisi live music pada salah satu cafe di Jogjakarta. Meskipun begitu, sesekali Ayat rindu ingin ngamen dialun-alun kota lagi bersama seorang gadis yang tidak hentinya memandang wajahnya serta membantunya dalam memegang kotak uang, Karin-
“Nanti malam kamu ku jemput ya” pinta Fiona
“Mau kemana?”
“Temani belanja” rengeknya kemudian
Belanja, ya hanya kalimat itu yang diketahuin Fiona selain ke Salon. Beda sekali dengan wanita yang sebelumnya. Yang justru sibuk dengan kegiatan sosial, organisasi dan segala jenis projectnya.
“Iya deh” jawab Ayat
“Yaudah aku pulang ya, kamu jangan lama-lama ngumpul sama cewek-cewek itu. Aku gak suka”
“Iya My Fairy Beauty” jawab Ayat singkat lalu keluar dari mobil untuk kemudian kembali kedalam gedung PKM UNY bergabung bersama teman-teman yang telah menunggu.
“Cewek lo?” tanya Juna
“Yo’i”
“Dia gak mampir?”
“Cemburu katanya gue deket-deket sama cewek disini” jawab Ayat
“Cewek lo lebay banget deh. Kalau dia tau Karin ada disini apa ya pendapat nya?”
“Udah deh, gue malas ribut sama dia. Gue capek ngadapin cewek-cewek. Jangan ngerusak mood gue”
“Iya” jawab Juna singkat “Malam ini kita ke alun-alun yok. Udah lama juga kita gak nongkrong di alun-alun” ajak Juna yang kemudian disetujui sama yang lainnya
“Boleh” sambung Laras, wanita berparas Timur tengah dengan hidung mancung dan pipi tirus.
“Lo bisa kan Yat?” tanya Juna kemudian
“Bisa kok”
“Yeeeeeee” teriak yang lain bahagia tapi tentunya tidak dengan Ayat, Fiona tidak akan menerima apapun alasan untuk pembatalan agenda malam ini.
Bagaimana caranya menjelaskan bahwa aku tidak akan menemaninya ke Mall malam ini? Bathin nya
...

 “Hai, aku mau foto bareng kamu boleh?” tanya Ayat menghampiri Karin yang tengah merapikan microfon dan sound system
“Foto bareng aku Yat?”
“Iya. Boleh gak nih?”
“Harusnya nih aku yang minta foto bareng sang juara. Ya boleh lah”
Satu duaaa KLIK. Satu foto malam itu menjadi foto yang berharga bagi Karin. Seenggaknya ini adalah foto pertama setelah hubungan mereka berakhir setahun silam.
“Selamat ya Yat, kamu memang pantas menjadi kebanggaan keluargamu”
“Terimakasih, kapan-kapan aku traktir kamu ya. Banyak bantuan kamu sampai aku bisa juara”
“Gak usah deh, aku gak bantu apa-apa juga kok”
“Rei...”
“Aku mau ngerjain yang lain dulu ya, tuh pacar kamu nungguin. Ntar dia pasang pengumuman di televisi dan koran-koran lagi, berita orang hilang”
“Ada-ada aja kamu Rei, dia gak bareng rombongan Juna kok”
“Nanti kuhubungi ya” ucap Ayat sedikit berteriak karna Karin sudah bergerak menjauhinya yang kemudian dibalas dengan isyarat oke oleh Karin.
...
“Gimana rasanya Foto bareng?” tanya Ditto yang menyaksikan sesi foto antara sahabat dan mantannya itu
“You know lah what I feel”
“Kelihatan banget lo masih cinta sama tu cowok Rin, mau sampai kapan lo blak-blakan nunjukin perasaan lo ke doi? Doi juga gak sebodoh dan sebuta itu untuk bisa ngebaca perasaan lo ke dia. Lo ga bisa natap dia aja udah menjelaskan perasaan lo ke dia. Lo masih berharap aja sama dia sampai sekarang. Lo itu sahabat gue, kalau lo sakit gue juga susah. Udah ya, jangan hobi nyakitin hati lo terus, kasihan hati lo. Lo bisa aja bilang lo kuat, tapi kasihani hati lo jugak, bego”
“Makasih Null. Gue bakal coba hindarin dia ya. Lo juga tadi kenapa nyodorin gue kedia buat nemenin doi ngamen”
“Abisnya lo sering banget cerita kepengen ngamen lagi bareng dia”
“Ya tapi gak gitu juga”
“So?”
“Ribet ngomong sama lo. Satu sisi lo nentang banget gue deket, nah sisi lain lo maksa gue sama-sama dia”
“Ya gue bisa apa. Kebahagiaan lo itu dia. Gue gak sepenuhnya benci sama dia. Gue tau mutusin lo dan macarin Yona itu adalah hak dia. Gue juga tau dia sebenarnya cowok baik, kesalahannya cuman karna ninggalin lo. Tapi gue juga kesal kalau lo harus sedih karna nerima kenyataan bahwa dia udah gak bisa lo gapai. Bahwa dia itu kekasih orang”
“Lo emang sahabat terbaik gue Dit, bantu gue ya”
“Bantu apaan?”
“Bantu move on”
“Kalau lo gak niat mah susah”
“Niat gue”
“Gak yakin”
“Percaya deh”
“Ah udah deh, yok pulang. Biar yang lain aja deh ngeberesin ini, lo udah kerja dari kemarin”
...
Gue bukan gak ngizinin lo buat temenan sama Ayat Rin, gak akan ada namanya lo benar-benar nganggap dia teman. Gue yang bakal jamin, lo gak pernah bisa nerima dia buat jadi teman lo. Gue gak mau lo ngayal terus untuk sesuatu yang ga mungkin bisa lo gapai lagi. Lo juga tau kalau deket sama dia hanya bisa nyayat luka yang udah seharusnya kering. Jadi mending lo nerima pait-paitnya kalimat gue sekarang daripada nanti waktu lo nerima undangan dia sama ceweknya yang sekarang.
Lo gak usah nyiksa hati lo terus. Hidup lo indah tanpa harus mikirin hal gak pantas lo pikirin. Masih ada cita-cita yang bisa buat lo bersinar dengan segala kelebihan lo. Lo hebat. Dan jangan rusak kehebatan lo itu sama air mata, satu tahun bukan waktu yang singkat buat lo untuk terus mandang dia dari jauh, bukan waktu yang singkat buat terus mendoakan dia, buat terus ngasih support yang udah seharusnya gak ada. Lo harus bangkit, benar-benar hilang dan menghapus bayang dia.
Bagi gue Move on lo itu WAJIB dan HARUS. Gak ada kata nangis lagi abis ini Rin. Lupakan.!
Ditto begitu berapi-api ketika berdebat dan berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Tiada alasan baginya untuk tidak mengingatkan sahabatnya. Masih teringat ketika dia melihat dengan mata kepala sendiri betapa terpukul sahabatnya itu di tengah alun-alun kota Jogjakarta tengah malam. Meskipun dihadapan Ayat dia terlihat begitu tegar dan tak terluka dengan sikap Ayat yang telah menduakannya, satu tahun silam.
♫Tak pernah aku membayangkannya
Bila insan sedang patah hati
kali ini ku rasakan sesungguhnya
Siang hari kubagaikan malam
Pelangiku berwarna kan kelam
Inikah yang dinamakan patah hati
Tak ingin kujalani
Cinta yang begini
Yang kutau cinta itu indah♫

              --“Yang Kutau Cinta Itu Indah”, Afgan ft. Nagita Slavina


baca sebelumnya
Sepotong Daun Kering #1

baca selanjutnya
Sepotong Daun Kering #3

Tidak ada komentar: