APRIL - DESEMBER (Chapter III)


Chapter III
DESEMBER
Tiga bulan telah berlalu. Masa KKN telah kulewati. Bangkit dari masa KKN itu bagaikan dipaksa bangun dari mimpi indah. Tapi aku tidak secengeng dan selebay itu. Walaupun pada kenyataannya memandang chat group KKN adalah hal paling membahagiakan. Setidaknya telah melepaskan rasa rindu atas segala hal yang telah terjadi di kampung KKN.
Kuliah juga sudah dimulai. Kembali kepada rutinitas harian yang terkadang menyebalkan, kadang dirindukan. Semester ini, adalah semester akhirku belajar di kelas sebagai mahasiswa. Sebagian teman-temanku sudah mulai mengerjakan Tugas Akhir, sementara aku masih belum menemukan judul yang tepat. Seperti biasanya, aku menjadi paling lambat untuk hal yang tidak aku suka (red: skripsi)
Sebuah pesan masuk ke Line ku. Dari April
‘April? Siapa ya lelaki ini’ fikirku kemudian. Seingatku aku tidak pernah kenal dengan lelaki bernama April ini
KKN nya udah selesai  chy? “CHY” lelaki dengan panggilan seperti itu tidak banyak dalam hidupku, biasanya mereka lebih sering menggunakan “ESI” jika ingin lebih dekat. Tapi lelaki diseberang sana tengah menggunakan panggilan yang sudah hampir asing kudengar
udah, siapa ini? tanyaku kemudian, chat sebelumnya juga tidak ada. Jadi mungkin lelaki diseberang sana baru menemukan id Line ku
April” jawabnya singkat
yeah, I know. But who’re you?”
Hello,I’m April. Kalau kamu lupa, saya akan ingatkan. Kita berkenalan lewat group Line acara Sahur bersama 1000 masyarakat Riau, Ramadhan yang lalu” balas lelaki diseberang
Kembali aku mengernyitkan dahi, ‘ntah aku yang kehilangan kesadaran karna baru selesai KKN, ntah lelaki ini yang ngelantur merasa pernah mengenalku’. Detik berikutnya aku samar-samar seperti mengenalnya, lelaki kaku, tanpa emoticon, tanpa ekspresi dan so bored.
Ya, saya tau. ada apa?” tanyaku kemudian
APRIL
            Tidak tau sejak kapan jariku mulai gatal untuk menghubungi wanita berkulit gelap berkemeja pink yang dulu, kukira aku sudah harus mengubah panggilanku menjadi: Desi. Setelah mencari informasi lewat google, ku ketahui KKN Kebangsaan 2015 berakhir akhir Agustus ini. Sekarang sudah september, artinya KKN sudah selesai. Dan wanita itu tentu telah kembali kesini (kota pekanbaru)
            Setelah bertengkar beberapa lama antara hati dan fikiranku akhirnya kuputuskan menghubunginya, lewat Line. Tentu saja, tidak ada kontaknya selain Line yang aku punya dan hal yang tidak mungkin selanjutnya adalah: tidak mungkin aku meminta kontaknya dalam bentuk lain seperti WA/No.Hp.
            KKN nya udah selesai  chy? Tanyaku padanya yang kemudian dijawab dengan pertanyaan Udah, siapa ni?
      Akankah aku bukan seseorang yang berkesan hingga ia lupa bahwa aku pernah melakukan percakapan hingga pagi hari bersamanya. Aku hampir terlalu malas untuk melanjutkan percakapan, namun tidak sopan jika kuputuskan percakapan yang sudah kumulai.
            Kujelaskan padanya tentang siapa aku, dimana aku mendapatkan kontaknya. Kemudian dia kembali bertanya ada apa?
      Jika kufikirkan kembali, tidak ada alasan kenapa aku harus menghubunginya. Tidak ada kepentingan dan manfaat yang bisa aku dapatkan. Namun, tidak mungkin aku mengatakan hal itu pada wanita labil dan muda seperti dia
            Kamu ada waktu? Boleh kita berjumpa? Tanyaku yang kemudian menjadi penyesalan hingga sejam lamanya. Selanjutnya aku hanya bisa berdoa, semoga ia tidak ada waktu atau tidak memiliki niat untuk bertemu denganku
DESEMBER
            Lelaki itu mengajakku berjumpa
            Sejenak kufikir, apakah sebelumnya kami seakrab ini untuk saling berjumpa? Kukira aku tidak bergitu menggubris percakapannya. Dan seingat serta sesadarku adalah bahwa dia masih menjadi lelaki dengan kehidupan datar dan tanpa ekspresi. Tidak mungkin aku dan dia menjadi akrab dalam waktu sesingkat itu (maksudnya: kejadian chat malam itu)
            Setelah kufikir kembali, tidak ada masalah untuk menjumpainya. Aku akan pilih tempat paling ramai untuk menemuinya. Dan sebagian hati kecilku begitu penasaran dengan lelaki datar ini
            Boleh, besok sore gimana? Di giant panam jawabku tanpa basa-basi
APRIL
            Wanita itu menerima permintaan bertemuku. Sial umpatku
            Besok sore, Giant Panam. Tempat itu, ku tau begitu besar, ramai dan tentunya jauh dari rumah. Bagaimana caranya untuk membatalkan pertemuan? Namun jika kubatalkan, sudah jelas aku adalah loser. Tidak punya pendirian dan tidak berprinsip. Wanita itu akan mengecap aku sebagai laki-laki tidak baik.
            Ok jawabku singkat
DESEMBER
            Setelah melakukan perjanjian untuk pertemuan esok hari, kuberikan nomer handphoneku. Kuingat paket internet ku akan habis malam nanti, bisa di cap sebagai wanita hit and run aku karna kehilangan jejak
            Esi fikir kayaknya paket internet esi abis malam nanti Mas, jadi untuk komunikasi bisa telfon kenomor ini 08xxxxxxxxxx balasku yang kemudian dijawab dengan OK
GIANT, 05 September 2015
APRIL
            Aku sudah standby sejak pkl. 16.00WIB. untuk menghilangkan kebosananku, kuhidupkan mp3 dimobil. Sore ini aku tidak sendiri, aku membawa serta mama yang katanya mau sekalian belanja keperluan sehari-hari. Mama jarang membiarkanku pergi sendiri, sebagai anak paling bungsu aku adalah yang paling dekat dengan Mama. Karna sudah menjadi tanggung jawabku untuk menjadi teman Mama dirumah. Ketiga Mbakku sudah berkeluarga dan ikut bersama suaminya.
            Anak pertama, Mbak Asih tinggal bersama suaminya Mas Dino di Kalimantan Barat. Anak kedua Mbak Nana dan suaminya Mas Andi sekarang di Jakarta. Sedangkan yang ketiga Mbak Tika dan suaminya Mas Syahrul ada diujung merauke sana. Menjumpai ketiga Mbakku juga merupakan agenda bulanan Mama. Aku terkadang ikut menemani jika libur atau hanya mengantar Mama sampai bandara. Sejak Papa meninggal, rutinitas Mama berubah menjadi traveller anak-cucu.
            Seketika aku lupa bahwa aku belum mengabari wanita itu. Ku raih handphoneku dan kukirimkan pesan
Saya Sudah di Giant, jika kamu sudah sampai segera hubungi saya pesanku yang kemudian ia balas dengan OK
DESEMBER
            Aku sudah didepan UR ketika sebuah pesan masuk di inboxku, dari nomor yang tidak kukenal. Lelaki itu ucapku kemudian yang ternyata mengabarkan bahwa dia sudah di Giant
            Segera kupercepat laju motorku karna yang kuketahui adalah tidak baik membuat lelaki se-flat dia menunggu
APRIL
            Aku mencari-cari wanita dengan baju kaos berwarna hijau dan celana olahraga. Seperti ciri-ciri yang disebutkan wanita itu. Hampir tidak bisa ku terima pakaian yang dia kenakan dari sms yang dikirimkannya padaku. Apa harus pakai celana olahraga? Ahsudahlah, dari awal aku sudah sadar betul tentang ketidakwarasan wanita itu
            Hampir sepuluh menit mataku menelusuri wanita dengan ciri-ciri tersebut diseputaran parkiran motor. Tapi masih belum kutemui, akhirnya kuputuskan untuk menghubunginya via telfon –kamu dimana?- tanyaku hampir kesal
DESEMBER
            Lelaki itu bertanya sedikit berteriak dari seberang sana. Ia tidak bisa menemukan aku, sementara aku juga sama. Tidak menemukan dia. Tidak menemukan lelaki berkemeja biru dan celana panjang. Bukankah sudah kujelaskan padanya, aku mengenakan baju Hijau dan celana olahraga. Ucapku kesal, hampir mengumpat kebodohan dan kerabunannya.
            Kuulangi kembali “Baju Hijau” ucapku memandang kaca etalase penjual baju disepanjang Giant. Setelah kuamati kembali, aku bahkan tidak mengenakan baju dengan unsur warna hijau. Kuingat kembali bahwa aku tidak jadi mengambil baju berwarna hijau itu karna satu dua hal
            Maaf, bukan hijau tapi Merah ucapku sembari nyeengir, kupastikan lelaki itu kesal bukan main padaku saat ini
APRIL
            Setelah lebih dari 15 menit kemudian, wanita itu dengan gampangnya mengatakan maaf bukan hijau tapi merah hampir saja kuluapkan emosiku padanya. Kekesalan ini, harus bisa ku redam
DESEMBER
            Lelaki itu segera menemukanku yang tengah berdiri didepan toko keramik dan barang antik. Seketika lututku kejang tak bergerak. Hampir aku jatuh jika tanganku tidak segera bertumpu pada tiang disekitarku. Lelaki itu, lelaki yang pernah kupuji habis-habisan malam acara itu. Lelaki itu, lelaki yang pernah kusebutkan lelaki sempurna dengan nilai 98 untuk fisikly. Dan dengan segala kebodohan dan kenorakanku hari ini, aku menerimanya untuk bertemu. Aku ingin segera kabur jika kakiku mengizinka. Namun, kenyataan yang selanjutnya harus kuhadapi adalah menerima jabatan tangannya
            APRIL” ucapnya kemudian, yang kubalas dengan kata sesingkat “Desi
            Mau ngobrol disini atau” kalimatnya terputus, pandangannya mengitari sekitar “KFC?” tanya lelaki itu
            Dari jarak hampir sejauh ini aku masih bisa merasakan wangi parfume nya, semua perkiraanku tentangnya yang seorang pegawai kontrak, dan tidak seberapa seketika musnah. Lelaki dengan perawakan tampan dan luar biasa ini adalah lelaki hebat. Mendadak aku merasa seperti seorang pembantu yang tengah mengikuti majikannya
           
      
CHAPTER II <--Sebelumnya---Selanjutnya--> CHAPTER IV

Tidak ada komentar: