APRIL - DESEMBER (Chapter X)


 Chapter X

DESEMBER
            Aku diantar April sampai depan pagar kos. Aku masih shock dengan apa yang kualami barusan. April langsung pergi begitu aku melambaikan tangan padanya. Sambil berujar ‘nanti kuhubungi ya’. Aku hanya menjawab ya
            Akhirnya, cerita-cerita seorang upik abu diterima oleh keluarga pangeran hanya terjadi dalam dongeng dan ftv. Mungkin beberapa orang dibelahan dunia ini. Hanya beberapa. Dan aku bukan salah satu nya. Aku sama sekali tidak kecewa, karna aku mengerti betul dimana asalku dan kemana tujuanku. Aku juga tidak mencintai Pria bernama April itu, hanya kagum dan merasa aku jadi spesial karna bisa bersamanya. Bisa digandeng oleh seorang Aprilyan Riadi yang superior.
            Aku baru selesai mandi ketika April mengabarkan telah sampai di rumah sakit. Dia tidak mengatakan apapun lagi dan tidak menghubungiku hingga 10 hari lamanya. Kufikir hubunganku telah selesai sesaat setelah dia mengantarkanku pulang ke kos, aku tidak marah dan tidak juga kecewa. Karna aku tau, menjadi bagian dari mereka hampir jadi hal yang mustahil. Aku juga belum mencintai April, aku takut jika ia menentang ibunya untuk membelaku sementara aku bahkan hanya memanfaatkannya untuk ku pamerkan.
            Dalam kisah singkat ini,kusadari bahwa niat buruk tidak akan menemukan tujuan baik. Sejak awal aku hanya menyukai April dari penampilannya yang bisa kupamerkan kepada orang—orang. Untuk pembuktian diri bahwa aku si upik abu ini mampu dapat seorang yang bak pangeran. Terimakasih April, untuk waktu yang singkat ini.

APRIL
Mama keluar rumah sakit setelah dirawat 7 hari, agak lebih lama dari biasanya. Selama itu aku dan Mbak Nana bergantian menjaga Mama sampai 5 hari mama di rawat.
Setelah menyelesaikan pembayaran, aku pulang bersama Mama. Mbak Nana udah lebih dulu pamit balek ke Jakarta karna ada yang mau diurus. Selama Mama dirawat aku tidak pernah menghubungi ‘perempuan’ itu, ia juga tidak menghubungiku.
“Kamu sudah putuskan wanita itu Pril?” tanya Mama
            “Ma”
            “Percayalah dia bukan wanita baik, dia ndak cocok untuk Mas. Mas nya mama pantas dapat yang lebih baik. Nanti mama carikan, dia bukan kelas kita”
            “Mama belum kenal sama dia, dia baik Ma”
            “Kamu itu siapa? Dia siapa?”
            “Mama jumpa dulu ya sama dia, April yakin mas pasti suka sama dia”
            “Ga perlu, mama cuma mau kamu putusin dia. Gak sulit kok kalau kamu mau buat mama senang”
Aku sama sekali tidak menjawab. Aku hanya menjaga mama agar tidak drop lagi. Nanti akan ku perkenalkan dia dengan ‘perempuan’ itu pelan-pelan. Sekarang bukan waktu yang tepat.
            Setelah mama istirahat dan ku serahkan semua barang-barang mama sama mba yang bantu di rumah. Aku pamit karna ada kegiatan di Kantor. Aku mengendarai mobilku pelan, begitu melewati flyover sudirman aku sedikit kesal dengan pengendara yang menyalip mobilku dengan kecepatan tidak wajar. Seorang anak berpakaian sekolah, untuk beberapa alasan aku tidak menyukai pengendara motor. Mereka ugal-ugalan seperti pemilik jalan.
            Sekilas aku mengingat ‘wanita’ku yang kemana-mana mengendarai motor yang sering berganti-ganti. Aku tau dia meminjam motor teman-temannya untuk keperluannya. Kadang caranya mengendarai motor membuatku sedikit khawatir.
‘Kamu itu kalau bawa motor itu jangan meleng’
‘Mana? Ga pernah kok’
‘Punya SIM ga kamu?’
‘Punya dong, kenapa sih?’
‘Kamu itu bikin aku khawatir, aku ga suka pengemudi motor’
‘Apaan sih Pril? Kamu itu beruntung lahir dan besar di keluarga kaya yang mampu memberikan kamu fasilitas mobil. Kalau kamu jadi aku atau orang lain yang cuma bisa pakai motor kemana-mana bahkan cuma pinjeman kamu pasti ga akan ngomong kayak gini’ jelasnya panjang lebar
‘Iya udah ah, aku lagi males’
‘Mas’
‘Apa?’
‘Ternyata kita emang ga cocok, circle hidup kamu sama aku itu benar-benar berbeda. Kita ga satu pemikiran’
            ‘Jadi pasangan itu ga harus satu pikiran, bagus dong ada banyak pendapat biar beragam. Lagian kalau arah bicara kamu adalah harta, udah ya mas males nanggepinnya. Kalau kita bareng besok, milikku ya milikmu juga’
            Pembicaraan kami berhenti sampai disitu, aku merasa ‘wanita’ku seakan mengkhawatirkan banyak hal yang tidak bisa kupahami. Aku melihat dia memiliki banyak masalah. Melebihiku ketika menghadapi perencanaan proyek yang banyak.
            Aku mencari parkiran begitu menutup kembali kaca mobil untuk identifikasi masuk kantor. Ku lihat rekanku melambai kearahku. Rekan-rekan yang tidak kuharapkan. Ku bunyikan klakson sekali tanda aku melihatnya tanpa menurunkan kaca mobilku.
            Hariku terasa berat ketika mengingat kembali kalimat mama. Bagaimana caraku mendekatkan mama dan ‘wanita’ku. Ku hela nafasku ‘sudah Pril, kerja dulu’

DESEMBER
            Beberapa kali kupandangi handphone-ku. Benar-benar tidak dihubungi April. Apakah dia benar-benar menyerah untuk apa yang baru saja kita mulai? Tapi aku kembali berfikir, apa aku mengharapkan ia untuk mempertahankanku? Bagaimana jika ia tau aku hanya menjadikannya pajangan untuk ku pamerkan karna indah setelah ia berjuang dan mempertahankanku?
            Sudahlah des, banyak hal yang harus kau fikirkan. Kuliah mu butuh keseriusan
            “Mama udah sembuh cik’ sepenggal kalimat dikirim oleh kontak bernama ‘April’ dari seberang sana, membuatku membentuk sebuah senyum. ‘ternyata dia masih menganggapku ada’

CHAPTER IX <--Sebelumnya--Selanjutnya--> CHAPTER XI (SOON)

Tidak ada komentar: