Sepotong Daun Kering #5


5
Bahagia itu kita yang ciptakan, bukan dia atau mereka
Maybe it's intuition
But some things you just don't question
Like in your eyes, I see my future in an instant
And there it goes,
I think I found my best friend
I know that it might sound
More than a little crazy
But I believe

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life

There's just no rhyme or reason
Only the sense of completion
And in your eyes, I see
The missing pieces I'm searching for
I think I've found my way home
I know that it might sound
More than a little crazy
But I believe

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life
----“I Know I Love You before I Meet You”, Savage Garden

Alun-alun kota Jogjakarta tidak seperti biasanya. Mungkin karna hari ini adalah kali pertama Karin menemani Ayat ngamen. Rasanya tidak hanya bahagia namun tak terkira. Pacaran seperti ini belum pernah dibayangkan Ayat sebelumnya. Ketika kekasihnya mengirimkan SMS untuk bersedia menemani mengamen di Alun-alun demi mengisi malam minggu kali ini.
Tiga jam yang lalu
            Hai, malam ini kita jalannya ke alun-alun ya sebait SMS mendarat di hp Ayat
            Boleh, kamu mau naik becak hias ya?
            Enggak kok
            Terus mau liat apa?
            Kamu bawa gitar ya, ngamen di alun-alun. Aku temani
            Kamu serius mau nemani aku ngamen?
            Iya
            Oke sayang. Aku jemput kamu ba’da Isya ya
            Sipp
            “Kita ngamen disitu aja ya” tunjuk Ayat pada salah satu tempat yang letaknya lumayan strategis setelah melihat kesegala penjuru alun-alun kota Yogyakarta yang ramai oleh segala kalangan khususnya muda-mudi
            “Kamu biasanya ngamen dimana?” tanya Karin kemudian
            “Ya gak ada tempat khusus sih, dimana yang posisinya menguntungkan. Ramai dan enak untuk ngamen”
            “Oh” jawab Karin sambil mengangguk-angguk
            “Posisi ngamen itu sebenarnya penting banget buat yang jadikan ngamen sebagai sumber menyambung kehidupan apalagi yang menggantungkan hidup dari mengamen Rei. Kalau yang kayak aku sih, dimana aja oke. Karna ketika aku megang gitar dan nyanyi rasanya aku gak peduli dengan sekelilingku. Aku merasa telah menyatu dengan laguku dan aku merasa hidupku indah hanya dengan gitar”
            “Oh” Karin mengangguk-angguk takjub. Baginya sebelum mengenal Ayat, ia tidak pernah tau gimana perasaan seorang penyanyi ketika berada diatas pentas atau panggung besar. Dihadapan ribuan bahkan puluhan ribu penonton. Bagaimana mereka menghadapi kegugupan dan harus tetap tampil maksimal dengan suara yang tetap bulat tanpa cacat
            “Kita ngamen disini Rei” ucap Ayat begitu sampai ditengah alun-alun dekat kursi yang sebagian sudah diduduki sepasang muda mudi
            Ayat mulai memetik gitarnya, Karin memandang kearah sekitar. Sepasang kekasih tampak nmemperhatikan penampilan Ayat ditengah alun-alun yang terlihat padat
And I don’t understand
How you slipped through my hands
And I’ll do all I can
To get you out of my head
So, when I call you in the middle of the night
And I’m choking on the words ‘cause I miss you
Baby, don’t tell me I’m out of time
I got so much of my loving to give you
In the middle of the night
In the middle of the night
I need you
In the middle of night
                        ---“middle of the night” The Vamps
Karin memandang ke arah Ayat sesekali, mencuri pandang. Entah sejak kapan hatinya tidak lagi merasa sepi. Ayat selalu tau bagaimana cara untuk membuatnya gembira. Karin tidak lagi ingin bermimpi, harapnya adalah setiap hari nyata. Karna kenyataannya jauh lebih indah dibandingkan mimpi. Dalam keterbatasan biaya hidup Ayat menjanjikan kebahagiaan tidak harus karna uang, bagi Karin yang sudah susah sejak kecil. Ayat adalah dahaga lain ditengah kehausan.
Sejatinya cinta itu menggenapkan, ia hadir untuk kekuatan dari ketidakberdayaan. Cinta adalah senyum ditengah kesedihan. Tumbuh dan berkembang sebagai tetesan embun ditengah kekeringan. Untuk cinta, berbahagialah ketika ia datang.
...
            “Denger-denger anak kos belakang kemarin malam kemalingan girls” Cerocos Kinan sambil memegang cup ice cream
            “Seriusan Nan? Gimana kejadiannya?” cerocos Kiki tak mau kalah duduk disofa sebelah Kinan
            “Kosannya kosong, pada balik kampung katanya”
            “Kata Siapa?” sambung Ifaah
            “Bude Ani yang tinggal di Gg depan situ. Deket warung Ceh Olin”
            “Apaan yang ilang?” sambung Kiki
            “Trus, anak-anak udah pada tau?” serbu Tantri
            Kinan geleng-geleng demi jawaban yang diinginkan anak-anak kos nya. Ia juga menyesal kenapa tidak berlama-lama duduk dideket warungnya Ceh Olin siang tadi. Setidaknya bisa lebih banyak dapat informasi tentang kos belakang yang kemalingan
            “Katanya ada yang ninggalin motor sama laptop. Itu yang punya laptop jumat ini mau sidang. Do’i balik kampung mau minta restu nyokapnya mau ujian sidang gitu. Kesian itu deh menurut gue”
            “Jahat banget tu yang punya kerjaan, apa gak bisa gitu nyari uang pakek cara halal. Rezeki udah diatur sama Allah juga padahal” geram Dhita yang baru balik kos langsung nimbrung
            “Doakan aja malingnya cepat insyaf sebelum ketangkap, sama yang kemalingan diberi ketabahan sama Allah” sambung Karin yang tengah berjibaku dengan alat-alat masaknya
            “Meskipun udah insyaf tetap harus dapet ganjaran juga sih mbak” cerocos Dhita dengan wajah ‘tidak termaafkan untuk sang maling’. “Nihya kalau perlu digebukin massa” sambungnya tanpa henti
            Karin, Kinan, Tantri, Kiki, Ifa, Egi dan Yoli terdiam. Mereka bermain pada fikirannya masing-masing. Meskipun begitu, hanya satu hal yang akan mereka maklumi. Dhita begitu benci dengan maling. Baik maling kelas kakap setingkat koruptor maupun maling kelas teri seperti maling ayam dan maling jemuran. Dhita punya trauma berat sekaligus kebencian yang mendalam terhadap maling.
Ayahnya meninggal karna digebukin massa awal tahun 2003 yang dituduh jambret karna kebetulan lewat pada saat massa mengejar penjahat sebenarnya. Meninggal dalam keadaan mengenaskan. Tiga tulang rusuk dan tulang pinggangnya patah. Mirisnya lagi massa yang ikut dalam pengeroyokan ayahnya tidak mendapatkan hukuman apa-apa.
Abang pertamanya juga dipenjara karna tuduhan komplotan penipuan. Yang pada kenyataannya, abang Dhita hanya menolong seorang perempuan yang mengatakan bahwa ban motornya bocor, namun kenyataan lain adalah wanita itu justru melarikan motor pinjaman dari teman satu kerjaannya.
Memikirkan kondisi Abang sulungnya dipenjara, sang Ibu mengalami sakit yang berkepanjangan akhirnya meninggal karna tidak kuat mengurus Dhita dan dua orang adiknya.
Tiga minggu setelah Ibu Dhita meninggal, Dhita dihadapkan dengan sebuah kenyataan bahwa abang sulungnya bunuh diri dipenjara. Dhita ‘terpaksa’ hidup dan menghidupi kedua adiknya yang masih kecil dan nyaris putus sekolah.
Dimana bagian dari diri Dhita yang tidak membenci kejahatan, baik itu ringan maupun berat. Baginya sama saja. Mereka adalah orang-orang yang tidak punya kehidupan dan hanya bisa memberikan sakit kepada orang lain. Tidak mau berusaha dan mau enaknya saja.
...
            Dimana Rei?
            Kampus Yat, kenapa?
            Lunch bareng? Aku samperin ya
            Lagi asisten nih. Masih banyak junior disini. Setengah jam lagi kelar. Atau mau duluan?
            Gak deh, Aku tunggu aja. Good Luck sayang !
            Thankyou
...
            “Besok aku nampil di acara pembukaan swalayan deket Kentungan situ, kamu mau nemenin aku ga Rei?” tanya Ayat pada Karin
            “Jam berapa?”
            “Jam 10 pagi”
            “Bentar ya” Karin mengecek jadwal kuliahnya besok hari “Wah aku ada kelas”
            “Yah. Ga semangat ni”
            “Jangan dong, kan aku selalu disini” ucap Karin sambil menunjuk ke arah hati Ayat
            “Gudeg-ku jadi hambar tau gak?”
            “Lho, kenapa?”
            “Manis nya diambil kamu” ucap Ayat sambil tertawa
            “Ih kamu” Karin mengulum senyum
            “Emang kamu aja yang bisa gombalin aku?”
...
            Ayat melihat sekelilingnya. Ia belum juga menemukan Karin berada diantara ramainya pengunjung swalayan. Sebelum berangkat tadi Ayat sempat menghubungi Karin. Menanyakan apakah Karin bisa datang atau tidak. Karin tidak menjanjikan apa-apa. Dia bilang bisa datang jika dosen nya berhalangan hadir. Atau jika jadwalnya di re-schedule. Fix-lah ga bakal hadir cewe gua.
            Ayat mulai memainkan gitarnya, lalu memejamkan mata merasakan bait demi bait lagu nya mengalun. Sesekali memandang kearah penonton yang mau menyempatkan diri mengamati ia bernyanyi. Pengunjung swalayan hari itu ramai sekali, kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu penyerbu barang-barang diskon dan doorprise.
...
            Karin baru saja masuk kedalam swalayan ketika Ayat baru membawakan lagu pertama. Karin langsung tau posisi Ayat menyanyi karna dikerumuni oleh beberapa pengunjung. Karin mendekat dan berada di samping kanan Ayat
            “Kenapa pejamin mata sih? Aku disini loh” ucap karin dalam hati
...
            Ayat melihat ke arah penonton ketika ia tengah menyanyikan lagu ke dua. Pandangannya menyisir semua pengunjung swalayan siang itu. Sekilas ia melihat sosok yang sangat dia kenal. Karin !
            Ayat mengerjapkan matanya berulang kali. Memastikan yang ia lihat memang Karin. Bukan sekedar bayangan atau halusinasinya saja. Karin ! ya Karin ! wanita itu memang benar Karin. Dan kali ini ia tidak salah lihat.
            Wanita itu tengah mengambil sebuah cup puding kecil berisi susu coklat yang diberikan seorang Sales Promotion Girl (SPG) susu kepadanya. Dan setelah menerimanya Karin memandang ke arah Ayat. Ia tampak sedikit terkejut karna Ayat tengah memandang kearahnya lalu kemudian tersenyum. Ayat membalasnya sambil terus melanjutkan dan meneyelesaikan penampilannya.
            Seperti dalam sebuah pacuan kuda. Ada sesuatu yang besar dalam diri Ayat memacu semangatnya. Karin berpengaruh sebesar itu. Ayat tidak menyadari sejak kapan ia menjadi sosok yang ‘hampir’ ketergantungan dengan Karin. Tapi Karin selalu membuat Ayat menjadi lebih semangat. Karin selalu punya cara membuat Ayat berharga.
            Ayat menyelesaikan lagu ke empat. Kali ini Dia membawakan lagunya American Author – Best Day of My Life.
I had a dream so big and loud
I jumped so high I touched the clouds
Wo-o-o-o-o-oh, wo-o-o-o-o-oh
I stretched my hands out to the sky
We danced with monsters through the night
Wo-o-o-o-o-oh, wo-o-o-o-o-oh

I'm never gonna look back
Woah, never gonna give it up
No, please don't wake me now

This is gonna be the best day of my life
My li-i-i-i-i-ife
This is gonna be the best day of my life
My li-i-i-i-i-ife

I howled at the moon with friends
And then the sun came crashing in
Wo-o-o-o-o-oh, wo-o-o-o-o-oh
But all the possibilities
No limits just epiphanies
Wo-o-o-o-o-oh, wo-o-o-o-o-oh

I'm never gonna look back
Woah, never gonna give it up
No, just don't wake me now

This is gonna be the best day of my life
My li-i-i-i-i-ife
This is gonna be the best day of my life
My li-i-i-i-i-ife

I hear it calling outside my window
I feel it in my soul (soul)
The stars were burning so bright
The sun was out 'til midnight
I say we lose control (control)

This is gonna be the best day of my life
My li-i-i-i-i-ife
This is gonna be the best day of my life
My li-i-i-i-i-ife

This is gonna be, this is gonna be, this is gonna be
The best day of my life
Everything is looking up, everybody up now
This is gonna be the best day of my life
My li-i-i-i-i-ife
----“Best Day of My Life”, American Authors.

...
            “Bentar ya, aku ke manajemen nya dulu”
            “Ini udah kelar?”
            “Belum. Aku istirahat. Ya kali aku nyanyi terus. Ariel peterpan kalah ntar” canda Ayat “Tunggu ya sayang, kamu jangan kemana-mana. Nantik ilang”
            Ayat berjalan setengah berlari meninggalkan Karin didekat panggung. Pengunjung lain sudah berpencar menjauhi panggung, mencari barang-barang diskon yang mereka butuhkan. Karin berjalan ke arah barisan permen. Ia melihat permen pelega tenggorokan. Ia ambil 2 bungkus lalu berjalan ke arah kasir.
            Seseorang memegang bahu Karin ketika Karin tengah melihat beberapa snack anak-anak tersusun rapi di dekat meja kasir. Strategi marketing yang selalu ia lihat hampir di semua swalayan yang ia kunjungi. Ketika orangtua tengah melakukan penghitungan untuk pembayaran belanjanya. Si anak tentu akan meminta dibelikan snack diatas meja. Jika tidak dibelikan si anak akan menangis dan menarik perhatian pengunjung yang lain yang tentu saja mengganggu. Mau tidak mau si orangtua akan membelikan apa keinginan anaknya. Hmmm.
            “Karin”
            “Ya”
            “Kan bener kamu”
            “Eh kak Andri”
            Andri Rimawan. Pria yang selalu berpenampilan rapi dan necis. Adalah kakak tingkat setahun diatas Karin. Sejak ospek hari pertama, Pria ini sudah berusaha mendekati Karin. Karin yang awalnya mengira hanya untuk keperluan ospek  menganggap wajar perlakuan kak Andri, seniornya. Pendekatan itu berlangsung hingga Karin semester 3 dan kak Andri semester 5. Beberapa kali Karin menolak ajakan untuk keluar malam minggu namun kak Andri tidak pernah menyerah dan terus berusaha.
            Sejujurnya Karin tidak begitu cantik. Tapi ia memang sosok wanita yang menarik dan manis. Untuk beberapa keadaan Karin terlihat sangat menarik. Ketika Karin meng-handle satu acara, Karin selalu energic. Energy positif itu yang membuat semua yang melihatnya merasa jatuh cinta.
            “Dari tadi aku panggil, kamu melamun?” tanya nya
            “Iya sedikit” jawab Karin sembari tersenyum, tentu saja. Senyum getir
            “Sama siapa Rin?”
            “Tadi perginya sendiri Kak”
            “Teman-temanmu?”
            “Pada ada jadwal semua Kak”
            Andri sudah menyelesaikan pembayarannya. Dia masih menunggu Karin yang tengah bertransaksi.
            “Mau langsung pulang Rin?”tanya Andri
            “Enggak Kak, nunggu Ayat”
            “Loh, katanya sendiri”
            “Iya tadi berangkatnya sendiri. Ayat udah duluan. Karna nampil tadi disini” jawab Karin sambil melambai ke arah Ayat yang tengah mencari-carinya. “Disini” ucapnya sedikit teriak ke arah Ayat
            Setelah Ayat berada didekatnya. Karin mengenalkan kak Andri kepada Ayat “Yat, ini kak Andri. Senior ku di kampus”
            “Ayat” ucap Ayat sembari mengulurkan tangan
            “Andri” jawab Andri dengan muka sedikit jutek. “Siapa Rin?” tanya Andri kepada Karin
            “Pacarku kak” jawab Karin singkat “Ohya kami duluan ya Kak” sambung Karin
            “Ohiya iya silahkan”ucapnya
            Karin tersenyum lalu menggandeng tangan Ayat dan pergi meninggalkan Andri yang diam dengan ekspresi yang menunjukkan ketidak sukaan pada Ayat dan juga Karin. Lebih tepatnya pada hubungan mereka.
            “Andri itu sepertinya tidak suka aku ya Rei”
            “Kok kamu bilang gitu?”
            “Di matanya ada pisau dan diatas kepalanya ada tanduk merah”
            Karin tertawa dengan candaan Ayat. “Ah ada-ada aja kamu” ucapnya “Kok aku ga liat?” Sambung Karin
            “Eh beneran sayang. Ya iyalah kamu ga liat. Ini cuma cowok yang bisa lihat”
            “Loh kenapa gitu?”
            “Ya karna naluri sesama lelaki”
            “Emang lelaki ada naluri begituan Yat?”
            “Yaelah ada lah. Kamu pernah dengar lagunya Samson yang Naluri Lelaki?”
            “Pernah” jawba Karin
            “Nah gitu, ada Rei”
            “Tapi kan itu lagunya bukan untuk kondisi ini”
            “Itu lagu untuk dia ke kamu”
            “Eh beneran?”
            “Ya ga tau”
            “Yeee. Udah ah, kenapa kita jadi bahas kak Andri sih”
            “Iya juga. Ga ada bahan sayang” jawab Ayat.
Firasat ini. Rasa rindukah ataukah tanda bahaya Ayat menyanyikan sebait lagunya Marcell
“Kalau itu lagu nya dari aku Rei” sambung Ayat
“Kok berhenti? Lagi dong”
“Sedikit aja. Kalau banyak-banyak nanti kamu bosan”
“Kapan sih kamu bikin aku bosan? Kamu nyanyi dari pagi ketemu pagi juga aku suka”
“Yee. Paginya suaraku ilang Rei”, “Eh tapi kalau suara aku ilang kamu tetap mau sama aku kan?” tanya Ayat
“Emang aku suka kamu karna kamu hobi nyanyi”
“Jadi ga suka aku hobi nyanyi? Yah”
“Ya suka. Tapi itukan cuma bonus Yat”
“Jadi kamu suka aku kenapa?” tanya Ayat sambil memegang bahunya Karin mengarahkan Karin agar memandang wajahnya
“Ih” Karin menutup wajahnya yang sedikit memerah. Ayat mengembalikan Karin ke posisi sebelumnya “Ya karna kamu, ga ada alasannya” jawab Karin cepat.
Dari awal Karin menerima Ayat sebagai kekasihnya, Karin tidak pernah memberi alasan kenapa ia mau menjadi kekasih Ayat. Yang Ayat tau, Karin sangat mengagumi Ayat. Itu terlihat dari setiap Ayat melakukan hal apapun, mata Karin selalu berbinar. Bangga atas apapun yang Ayat lakukan. 
"Ohiya ini untuk kamu" Karin menyodorkan permen pelega tenggorokan yang tadi dia beli
"Makasih Rei" Ayat menerima dengan senang hati, membuka satu permen dan menyodorkannya ke Karin. Karin menerima nya. Ayat membuka satu lagi untuknya
"Biar bisa ngalahin Ariel" ucap Karin tertawa
"Kamu lebih suka aku atau Ariel?" tanya Ayat tiba-tiba
"Ya Ariel lah"
"Serius?"
"Iya" jawab Karin mantap
"Kenapa?"
"Ya Karna Ariel lebih ganteng dari kamu" jawab Karin "Cewe mana yang ga suka sama Ariel"
"Aku ga suka"
"Yee kamu kan cowo" Jawab Karin meninggalkan Ayat yang hampir menghentikan langkahnya
"Rei"
...
            Beberapa bulan belakangan Karin semakin susah ia hubungi. Telfonnya tidak pernah Karin angkat dan Pesan singkat-nya tidak pernah Karin balas. Kalau ia menemui Karin dikampus, Karin seringkali menghindar dan mengatakan ada kelas. Ternyata alasannya adalah Karin sudah memiliki kekasih. Dan Pria itu kini ada dihadapannya. Menggandeng tangan Karin, tertawa bersama karin dan meninggalkannya bagaikan pecundang yang kalah perang.
            Andri mengepalkan tangannya. ‘Sial’.

Aku adalah lelaki
Yang tak pernah lelah
Mencari wanita

Aku adalah lelaki
Yang selalu gundah
Menunggu wanitaku oh ooh yeah

Oh aku adalah lelaki
Yang pantang menyerah
Memikat wanita

Aku adalah lelaki
Yang selalu ingin
Dibuai wanitaku ooh ah

Tolong dekati aku
Tolong hampiri aku
Tolong jamahi aku

Agar aku bijaksana
Agar aku bahagia
Agar aku merasakan cinta oooh

Naluriku sebagai lelaki
Membuatku merindukan
Pujaan dari wanita
Oh yeah yeah heah

 

----“Naluri Lelaki”, Samsons



baca sebelumnya
Sepotong Daun Kering #4

baca selanjutnya
Sepotong Daun Kering #6
           

Tidak ada komentar: