Disini,
NKRI dijunjung tinggi...
Dari
lapangan bola kaki Universitas Riau. Tepat pukul 2 siang rombongan mahasiswa
KKN Kebangsaan dari seluruh penjuru Indonesia diberangkatkan menuju kompleks
TNI AD Batalyon 132 Wira Bima, Bangkinang. Bus yang mengangkut mahasiswa KKN
Kebangsaan dibedakan menurut Universitas. UIN SUSKA Riau mendapatkan bus dengan
nomor 5 dan 6 setelah Universitas Riau sebagai tuan rumah.
Keberangkatan
menuju Bangkinang dikawal ketat oleh aparat TNI dan dipandu langsung oleh
Polisi Militer (PM) sebagaia gardu depan dan memberikan jalan kepada rombongan
bus yang lewat.
Aku
datang sedikit lebih terlambat setelah mendapat telfon dari temanku bahwa bus
yang disediakan sudah akan berangkat. Hari
penting seperti ini aku masih saja tidak berubah, selalu terlambat. Rutukku
pada diriku sendiri
Bus
1, 2 dan 3 sudah lebih dahulu jalan. Panitia yang membantu membawakan barangku
begitu baik, dengan lembut beliau mengatakan bahwa silahkan aku untuk masuk
kebus 6 saja karna masih ada kursi dan bus itu khusus mahasiswa UIN SUSKA Riau.
Berdasarkan peraturan menurut abjad aku seharusnya duduk dikursi dengan nomor
bus 5. Hallo bus lima, bersahabatlah denganku ya~
Ketika
aku memasuki bus seseorang mengulurkan tangannya untuk menawarkan bantuan
kepadaku, secepat aku melihat kearah atas siapa pemilik tangan itu. Seseorang yang tidak kukenal, fikirku.
“Desi kan?” ucapnya menebak
“Iya, Siapa ya?” tanyaku padanya
“Dayat, Taufik Hidayat” mahasiswa tafsir
hadist UIN SUSKA Riau
“Oh, maaf ya. Esi tidak kenal karna terlalu
banyak perwakilan UIN tahun ini ya” jawabku singkat
“Iya ya, hahaha. Karna anak UIN ingin
berkembang, makanya banyak yang ikut KKN Kebangsaan tahun ini” jawabnya
lalu tertawa diikuti dengan pandangan sahabat kebangsaan UIN yang lain,
sebagian ada yang kukenal wajahnya saja. Ada yang aku kenal nama dan wajahnya
dan ada yang sama sekali tidak kukenal, seperti si Dayat yang barusan saja
menolongku
“Duduk disini saja Des” panggil seseorang
menawarkan kursi disebelahnya untukku
“Kosong ya?” tanyaku kepada seorang cewek
yang belakangan kuketahui bernama Rifka Annisa dari Fakultas Psikologi
“Itu punya si Dayat, tapi dia sepertinya
pindah kebelakang” jawabnya “Yat,
Desi duduk disini ya?” tanyanya sambil sedikit berteriak karna orang yang
ditanya tidak langsung mengalihkan pandangan hanya dengan sekali panggil
“Oh, oke Nisa. Dayat duduk dibelakang kok”
Perjalanan
satu setengah jam dari UR menuju LANUD Bangkinang tidak begitu terasa karna
kami tengah dibus Pariwisata yang begitu nyaman. Sebagian mahasiswa kulihat tertidur
pulas. Hanya Pekanbaru-Bangkinang kalian
tertidur. Di LANUD kalian mungkin tidak akan bisa tidur senyenyak ini sahabat.
![]() |
Batalyon Infanteri 132 Bima Sakti, Bangkinang Riau |
Penyambutan
oleh tentara Batalyon 132 Wira Bima dimulai dengan tarian dari salah satu
sanggar di UR oleh mahasiswa. Lalu kami dikumpulkan dilapangan utama yang
akhirnya kami ketahui bahwa namanya adalah “LAPANGAN KARTIKA”. Lapangan kartika
adalah lapangan utama di Batalyon 132, kegiatan seperti upacara bendera dan
penyambutan tamu dilakukan dilapangan ini.
![]() |
Penyambutan peserta KKN dari seluruh delegasi tiap Universitas di Indonesia |
Tiga
kompi terdiri dari empat pleton. Setiap pleton dibimbing oleh seorang Komandan
Pleton (Danton), dan setiap Danton dikepalai oleh seorang Komandan Kompi
(Danki). Kami berbaris berdasarkan pleton masing-masing. Diberikan ucapan
selamat datang oleh ketua panitia dan dibacakan urutan tata tertib yang berlaku
di Batalyon 132 Wira Bima. Yang harus dipatuhi oleh siapapun yang memasukin
wilayah kompleks TNI ini. Menjelang sore kami diharuskan menurunkan barang
bawaan dan dibawa menuju Barak yang telah disiapkan.
Aku
menyesal kenapa harus membawa barang sebanyak ini untuk keperluan selama
sebulan. Apa sajakah yang aku bawa? Aku juga merasa begitu kesusahan untuk
menarik koperku karena kondisi koper yang telah mengalami kecacatan pada roda.
Beruntung sahabat sekelompokku Fitri dan Bunga bersedia membantuku.
Kami
berputar-putar menemukan barak yang sesuai dengan informasi pada kertas ajaib
yang diberikan oleh panitia. Barak Kipan
C baru 2. Setelah mengelilingi seluruh barak hingga kebelakang komplek
akhirnya kami menemukannya, tidak jauh dari jalan depan yang telah kami lewati.
Aku mendapatkan Pelbet (sebuah kasur
khusus tentara tanpa busa) menurutku ini bukan kasur melainkan sebuah tandu
darurat untuk mengangkut orang yang dalam kondisi perang ataupun bencana.
Selamat datang masa pembekalan
Setelah merapikan barang bawaan,
tiga orang tentara perempuan yang berwajah sangar masuk kedalam barak. Dengan
suara keras dia menekankan bahwa peserta hanya boleh menggunakan barak belakang
yang muat untuk 85 orang. Dan dilarang keras menggunakan barak depan karena
khusus untuk pembina barak.
Aku,
Fitri dan Bunga terpaksan pindah dan mencari tempat kosong untuk kami tidur
malam ini, memindahkan pelbet dan
meminta space kepada sahabat
kebangsaan lainnya. Setelah memindahkan barang dan merapikan pakaian kami
mandi, merasakan segarnya air yang langsung mengalir dari mata air.
Pukul
17:00 WIB kami dikumpulkan dilapangan Kartika untuk makan malam. Dan tidak
seperti pemikiran awalku. Kami tidak makan menggunakan talam ataupun daun
pisang, melainkan sebuah tempat makan bernama OMPRENG. Sebuah tempat makan dengan banyak sekat yang memuat
beraneka ragam makanan. Terdapat tempat untuk meletakkan nasi, sayur, lauk,
minuman gelas dan buah.
Makan
malam itu penuh ketakutan dalam diriku. Yang kubayangkan adalah bagaimana hidup
dalam tekanan menghadapi keras dan tegasnya seorang TNI. Telah terbayang
dibenakku pelatihan ala militer. Untuk menyisakan satu butir nasi saja aku
tidak berani. Takut jika nasi yang bersisa akan disatukan dan dimakan
bersama-sama. Akhirnya aku menghabiskan nasi dalam omprengku tanpa tersisa satu butir pun.
Setelah
makan kami berdoa. Dan cara berdoa TNI berbeda dengan disekolah dulu.
DUDUK
SIAP GRAKK !!
SETELAH
MAKAN, BERDOA DIMULAI !!!
Dan
kami berdoa, lalu ditutup dengan BERDOA SELESAI terimakasih ucap seluruh peserta.
Setelah
makan malam kami diperintahkan untuk berkumpul di tenda utama. Tenda ini
terletak dibelakang lapangan Kartika. Berbeda dengan Lapangan kartika diTenda
Utama kami disediakan kursi untuk duduk dan diwajibkan untuk membawa alat
tulis, karena pembekalan diberikan dalam bentuk materi oleh narasumber yang
sangat luar biasa.
Malam ini dibuka dengan pengenalan
DPL desa, DPL kabupaten, ketua pelaksana (Pak Sarwondo) yang sangat terkenal
dikalangan mahasiswa KKN Kebangsaan, rektor UR, dan banyak orang yang terlibat
dalam pelaksanaan KKN Kebangsaan. Malam ini kami diperkenalkan dengan sebuah
lagu “Maumere dari NTT”. Lagu dengan lirik aneh menurutku itu sungguh membakar
semangat. Kami juga diharuskan menghafal Hymen KKN Kebangsaan. Berikut lirik
dari hymne wajib tersebut
Mari
kita semua bersama
Satu dalam membangun Indonesia
Satukan tekad dan Tujuan, TNI dan Mahasiswa
Didalam wadah Kuliah Kerja Nyata ‘kebangsaan’
Satu dalam membangun Indonesia
Satukan tekad dan Tujuan, TNI dan Mahasiswa
Didalam wadah Kuliah Kerja Nyata ‘kebangsaan’
Dari Sabang sampai Merauke
Tunas-tunas bangsa kebanggan kita dimasa depan
Suku Agama bukan penghalang
Untuk menjalin persaudaraan
Demi negara yang sangat kita cinta
Tunas-tunas bangsa kebanggan kita dimasa depan
Suku Agama bukan penghalang
Untuk menjalin persaudaraan
Demi negara yang sangat kita cinta
Reff
:
Semboyan kita bhineka tunggal ika
Berbeda-beda tapi tetap satu jua
Dasar negara, Pancasila
Tugas kita tuk menjaganya
Mari tunjukkan pada dunia
KKN Kebangsaan pemersatu bangsa
Berbeda-beda tapi tetap satu jua
Dasar negara, Pancasila
Tugas kita tuk menjaganya
Mari tunjukkan pada dunia
KKN Kebangsaan pemersatu bangsa
Tiada mengenal kata menyerah
Demi menggapai cita-cita
Mahasiswa sebagai penerus bangsa
TNI yang menjaga keutuhan bangsa dan negara
Bersama rakyat satukan kekuatan
Jujur peduli dan saling menghargai
Semoga kita setia hingga akhir masa
KKN Kebangsaan cikal bakal kegiatan
Merajut dan membangun persatuan dan kesatuan bangsa
Tujuan mulia menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera
Semoga Tuhan merestuin kita
Demi menggapai cita-cita
Mahasiswa sebagai penerus bangsa
TNI yang menjaga keutuhan bangsa dan negara
Bersama rakyat satukan kekuatan
Jujur peduli dan saling menghargai
Semoga kita setia hingga akhir masa
KKN Kebangsaan cikal bakal kegiatan
Merajut dan membangun persatuan dan kesatuan bangsa
Tujuan mulia menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera
Semoga Tuhan merestuin kita
Begitulah
lirik dari hymne yang harus kami hafalkan selama beberapa hari kedepan. Malam
penyambutan yang mengesankan. Dimana kami semua merasa seperti satu keluarga
meskipun berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Esok
adalah upacara pembukaan KKN Kebangsaan, kami diperintahkan menggunakan pakaian
kemeja merah putih yang diberikan panitia. Malam ini kami beristirahat.
Pukul
03:00 WIB Aku dan Fitri mandi untuk menghindari antri yang begitu panjang
melihat betapa kapasitas mahasiswa dalam satu barak sekitar 70-80 orang. Dan
bisa dibayangkan bagaimana panjangnya antrian untuk membersihkan diri. Setelah
mandi kami bersiap untuk shalat subuh dan berkumpul di area makan. Lalu
berkumpul di Lapangan Hitam (lapangan bersemen untuk melakukan rutinitas apel
pagi), dari lapangan hitam kami diarahkan menuju lapangan kartika untuk
melaksanakan upacara pembukaan. Gladi yang berkali-kali membuat aku tidak tahan
dan diungsikan ke ambulans milik PMI. Dan dipindahkan ke klinik milik kompleks
TNI.
Diklinik
aku berkenalan dengan seorang bernama Putri dari Bangka Belitung dan Diane dari
Padang. Mereka orang yang luar biasa dan mengesankan bagiku. Bangka belitung
sebuah daerah yang ingin sekali kukunjungi. Mendengar dari cerita putri aku
sedikit mendapat gambaran tentang keadaan Bangka belitung yang merupakan daerah
dengan banyak pantai dan luasnya hanya sekitar Pekanbaru-Dumai.
Setelah
sedikit lebih kuat kami kembali ke Tenda Utama untuk medengarkan materi dari
beberapa narasumber seperti : Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur Provinsi Riau,
Danrem TNI 132 Wira Bima dan Menteri riset dan teknologi. Ketika kami sampai
acara sudah hampir selesai. Kami diperintahkan untuk mengambil posisi makan dan
antre dalam mengambil makanan.
![]() |
Kondisi makan di Batalyon |
Saat
mengantre adalah hal yang diwajibkan disini dan aku tengah melakukannya aku
bertemu dengan seorang sahabat asal Aceh yang sudah akrab diduni maya
bersamaku, namanya Maullidiya Izzzati
Akbar yang sejak kemarin sudah begitu aku tunggu-tunggu namun dia dan
delegasi Unisyah terlambat karena keterlambatan pesawat dari Medan-Pekanbaru.
“Mollyyyyyy” teriakku ditengah keramaian
“Mbaaaak” ucap Molly tak kalah histerisnya
“Dimana barak Moooo? Mainlah ke barak Mbak didepan situuu” ucapku padanya
“Mbak deh yang main ke barak Molly ya” ajaknya lagi
“Oke, ntar siang ya sayang. Antri dulu sana ambil makanan”
“Siaaap Mbak”
“Mbaaaak” ucap Molly tak kalah histerisnya
“Dimana barak Moooo? Mainlah ke barak Mbak didepan situuu” ucapku padanya
“Mbak deh yang main ke barak Molly ya” ajaknya lagi
“Oke, ntar siang ya sayang. Antri dulu sana ambil makanan”
“Siaaap Mbak”
Bersyukurnya
aku bisa menjadi bagian dari KKN Kebangsaan dimana aku bisa mempunyai teman
dari banyak daerah di Indonesia. Sehingga ketika nanti aku ingin mengunjungi
beberapa daerah aku tidak harus menginap dihotel bisa saja menumpang dengan
mereka yang kukenal.
Setelah
selesai makan siang kami disuruh kembali ke barak masing-masing untuk shalat
zuhur dan istirahat. Ditengah sesak dan penuhnya mahasiswa KKN Kebangsaan yang
berlalu lalang untuk kembali ke barak, aku berpapasan dengan seorang teman yang
berasal dari UIN Suska Riau. Namanya Latifah, dia sedang bersama seorang teman
yang baru saja kukenal berasal dari
UNAND Sumatera Barat. Diane. Ketika di Klinik tadi. Latifah begitu antusias
ketika berpapasan dengankun
“Desiiiiii”
sapanya kemudian
“Eh
iya Ifa” balasku
Lalu
ifa memperkenalkan teman yang tengah digandengnya “Ini teman Ifa, Dian” ucapnya
kemudian “Dian, ini Desi teman ifa dari UIN. Aktivis kampus” ucapnya. Aku
sampai malu diperkenalkan seperti itu
“Haha
sudah kenal fa, tadi kami berkenalan di Klinik. Kan Dian?” ucapku sembari
melemparkan senyum kepada Dian. Ifa yang sudah begitu antusias terlihat senyum
Agenda siangnya kami mendengarkan materi
kembali hingga malam hari. Yang ditutup dengan apel malam. Pada malam harinya
aku sudah sangat lelah dengan agenda satu hari full. Saat apel malam aku
dipanggil untuk menyiapkan barisan dan memimpin lagu “Maju Tak Gentar”. Alasan
danton memanggil karena aku selalu saja bercerita bersama Fitri sahabatku.
Alhasil
malam itu aku dipermalukan karena tidak bisa menyiapkan barisan sebaik mungkin
seperti yang telah diajarkan kepada kami. Ingin rasanya aku melapor bahwa
danton tidak pernah mengajarkan kami untuk menyiapkan barisan ala Militer. Kami
hanya mendengar ceritanya dan istirahat jika lelah lalu ditraktir gorengan dan
air minum dingin saat pelatihan oleh danton yang bertanggung jawab untuk
membimbing kami.
Apel
malam selesai kami dikembalikan kebarak masing-masing untuk beristirahat atas
kegiatan full seharian yang telah kami laksanakan.
Tepat
pukul 01:00 WIB kami dibangunkan oleh sebuah bunyi tembakan pistol yang tiada
henti. Suara tembakan itu akhirnya kami kenal dengan sebutan Alarm Steling
dalam kehidupan TNI. Pagi ini kami diajak merasakan bahwa kehidupan seorang TNI
itu begitu sulit. Bagaimana seluruh hidupmu harus Kau persembahkan untuk
negara. Tidak ada jam tidur yang bebas untukmu. Tidak ada kehidupan pribadi,
semuanya demi negara.
Kejadian
lucu banyak terjadi pada kejadian Alarm Seteling. Dimana ada banyak peserta KKN
yang keluar menggunakan baju tidur. Ada yang tidak memakai baju tetapi
menenteng tas sandang, ada yang hanya menggunakan celana pendek sambil memakai
sendal. Dan beraneka jenis tampilan lain yang lucu sekali jika mereka memandang
cermin.
Aku
dan Fitri sudah mengetahui sejak awal adanya Alarm Steling yang akan dibunyikan
subuh ini. Sehingga ketika akan tidur kami hanya melepas jilbab dan letak
sepatu kami juga tidak begitu jauh. Lalu ketika Alarm Stelling dibunyikan kami
sudah dalam keadaan siap 80%.
Berhentinya
Alarm Stelling, kami disuruh kembali ke barak untuk tidur dan mempersiapkan
outbound besok siang.
Hallo
Oubound...
Pagi-pagi barak kipan C baru 2 sudah
kena hukuman saja karena datang sangat terlambat. Bukan karna kami bangun
kesiangan, namun kami tidak begitu paham teknis berkumpul pagi hari. Apakah
perbarak atau kami langsung datang tanpa menunggu yang lain dan apakah harus
menunggu aba-abanya.
Hari
outbound diawali dengan senam pagi lalu pembacaan yel yel kompi.
Setelah
kami dibariskan dilapangan hitam kami dibagi berdasarkan Kompi. Setiap kompi
mendapatkan macam-macam outbound. Kompi 2 mendapatkan outbound Halang Rintang pada urutan pertama. Halang rintang memiliki 20 level,
setiap levelnya memiliki kesulitan yang beragam dan semakin lama semakin sulit
dan berbahaya. Dimana outboundnya berisi kegiatan melompat, berlari, memanjat
dan berayun menggunakan tali. Dengan berbagai versi.
Setelah
Halang Rintang kami lanjutkan dengan
outbound Lempika (Lempar pisau dan
kapak) setelah shalat zuhur. Lempika adalah teknik yang digunakan untuk
menyerang musuh ketika tidak memiliki pistol, caranya juga melempar secara
tepat musuh yang ingin dilumpuhkan. Setelah Lempika
kami mendapatkan outbound jembatan dua tali yang berfungsi untuk memindahkan
korban ataupun tentara melewati jurang, tebing ataupun sungai menggunakan tali.
Keinginan
kami untuk mencoba Flying Fox gagal
karena keterbatasan waktu yang ada. Kami dikumpulkan kembali dilapangan Kartika
untuk persiapan materi dan jamuan makan malam bersama Bupati Kampar. Setelah breefing dan apel sore, dilanjutkan
dengan persiapan shalat Maghrib dibarak untuk kemudian kembali berkumpul di
Tenda Utama, tempat akan dilangsungkannya acara ramah tamah dan makan malam
bersama Bupati Kampar.
Setiap
kursi telah disediakan sebuah kotak nasi maka duduklah dikursi yang telah
disediakan untuk menyantap makan malammu. Malam itu kami disuguhkan dengan
penampilan Drama berjudul “kami manusia tersalai” oleh sebuah sanggar bernama
latah tuah. Setelah penampilan drama dilanjutkan dengan penampilan dari ibu
Morina dengan lagu yang paling ditunggu-tunggu “Maumere”. Aktivitas
“senang-senang” kami berhenti dikarenakan sebuah kode yang menyebutkan bahwa
bapak Bupati Kampar telah berada di Batalyon 132 Wira Bima. Itu tandanya beliau
beberapa menit lagi akan duduk disinggasana yang telah dipersiapkan. Beberapa
dosen bersalaman dengannya tanda menghormati seorang pemimpin kabupaten itu.
Sebelum memulai diskusi terbuka kami dipersilahkan untuk menyantap makan malam,
bersama dengan seluruh dosen dan Bapak Bupati.
Tidak begitu kurasakan
pelatihan militer. Ini belum ada apa-apanya tidak seperti bayanganku yang
begitu keras dan penuh dengan ketakutan serta tekanan. Tidak ada
militer-militeran yang kami rasakan. Makan enak, hidup tenang, semuanya cukup
dan memadai. Kami tidak mendapatkan tekanan seperti pelatihan militer yang
harus bangun saat disuruh bangun. Yang merayap dan merangkak untuk menghindari
rintangan. Berkotor-kotoran dalam pelaksanaan outbound. Yang penuh dengan
bentakan dan teriakan. Semuanya terkendali dan kami bukan mahasiswa yang tengah
mengikuti pelatihan militer melainkan tengah berkunjung ke batalyon 132 Wira Bima.
Diskusi
yang santai berubah menjadi begitu serius ketika seorang mahasiswa bertanya
namun begitu memojokkan Bupati Kampar. Membuat Bapak Bupati langsung emosi.
Pertanyaan yang sederhana yang seharusnya ditanggapi dengan kepala dingin oleh
seorang pemimpin daerah. Yang mengatakan tentang ketidaksejahteraan masyarakat
riau dan tentang pembakaran yang selalu terjadi diriau, apa langkah nyata
seorang bupati untuk hal tersebut?
Ditambah
dengan seorang mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI Padang Panjang) yang
ingin bertanya namun tidak diberikan waktu oleh moderator. Kericuhan yang
hampir saja terjadi dapat diatasi dengan turunnya bapak Korem 132 Wira Bima
untuk datang menghampiri mahasiswa yang ingin bertanya tersebut. Menyalami dan
mengatakan kenapa harus berkata seperti itu? Kenapa harus berteriak sekuat itu?
Tidakkah yang dilakukan seperti itu bukan tindakan seorang mahasiswa.
Mahasiswa
itu merasa segan karna didatangi langsung oleh pak Korem. Terlebih lagi pak
Korem bertanya seperti mahasiswa itu adalah anaknya sendiri. Bertanya dari hati
kehati dengan nada yang sangat lembut. Kericuhan dapat teratasi tanpa memakan
waktu panjang. Ini membuktikan bahwa sekeras apapun lawan yang ada didepanmu
akan tetap luluh jika dihadapi dengan kelembutan dan kebaikan. Bukan lantas
melawan dengan kekerasan karna hanya akan menimbulkan permasalahan baru dan
pertikaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar