Teluk Binjai Punya Cerita #3



Disini, NKRI dijunjung tinggi...

Dari lapangan bola kaki Universitas Riau. Tepat pukul 2 siang rombongan mahasiswa KKN Kebangsaan dari seluruh penjuru Indonesia diberangkatkan menuju kompleks TNI AD Batalyon 132 Wira Bima, Bangkinang. Bus yang mengangkut mahasiswa KKN Kebangsaan dibedakan menurut Universitas. UIN SUSKA Riau mendapatkan bus dengan nomor 5 dan 6 setelah Universitas Riau sebagai tuan rumah.
Keberangkatan menuju Bangkinang dikawal ketat oleh aparat TNI dan dipandu langsung oleh Polisi Militer (PM) sebagaia gardu depan dan memberikan jalan kepada rombongan bus yang lewat.
Aku datang sedikit lebih terlambat setelah mendapat telfon dari temanku bahwa bus yang disediakan sudah akan berangkat. Hari penting seperti ini aku masih saja tidak berubah, selalu terlambat. Rutukku pada diriku sendiri
Bus 1, 2 dan 3 sudah lebih dahulu jalan. Panitia yang membantu membawakan barangku begitu baik, dengan lembut beliau mengatakan bahwa silahkan aku untuk masuk kebus 6 saja karna masih ada kursi dan bus itu khusus mahasiswa UIN SUSKA Riau. Berdasarkan peraturan menurut abjad aku seharusnya duduk dikursi dengan nomor bus 5. Hallo bus lima, bersahabatlah denganku ya~
Ketika aku memasuki bus seseorang mengulurkan tangannya untuk menawarkan bantuan kepadaku, secepat aku melihat kearah atas siapa pemilik tangan itu. Seseorang yang tidak kukenal, fikirku.
Desi kan?” ucapnya menebak
Iya, Siapa ya?” tanyaku padanya
Dayat, Taufik Hidayat” mahasiswa tafsir hadist UIN SUSKA Riau
Oh, maaf ya. Esi tidak kenal karna terlalu banyak perwakilan UIN tahun ini ya” jawabku singkat
Iya ya, hahaha. Karna anak UIN ingin berkembang, makanya banyak yang ikut KKN Kebangsaan tahun ini” jawabnya lalu tertawa diikuti dengan pandangan sahabat kebangsaan UIN yang lain, sebagian ada yang kukenal wajahnya saja. Ada yang aku kenal nama dan wajahnya dan ada yang sama sekali tidak kukenal, seperti si Dayat yang barusan saja menolongku
Duduk disini saja Des” panggil seseorang menawarkan kursi disebelahnya untukku
Kosong ya?” tanyaku kepada seorang cewek yang belakangan kuketahui bernama Rifka Annisa dari Fakultas Psikologi
Itu punya si Dayat, tapi dia sepertinya pindah kebelakang” jawabnya “Yat, Desi duduk disini ya?” tanyanya sambil sedikit berteriak karna orang yang ditanya tidak langsung mengalihkan pandangan hanya dengan sekali panggil
Oh, oke Nisa. Dayat duduk dibelakang kok
Perjalanan satu setengah jam dari UR menuju LANUD Bangkinang tidak begitu terasa karna kami tengah dibus Pariwisata yang begitu nyaman. Sebagian mahasiswa kulihat tertidur pulas. Hanya Pekanbaru-Bangkinang kalian tertidur. Di LANUD kalian mungkin tidak akan bisa tidur senyenyak ini sahabat.
Batalyon Infanteri 132 Bima Sakti, Bangkinang Riau
Penyambutan oleh tentara Batalyon 132 Wira Bima dimulai dengan tarian dari salah satu sanggar di UR oleh mahasiswa. Lalu kami dikumpulkan dilapangan utama yang akhirnya kami ketahui bahwa namanya adalah “LAPANGAN KARTIKA”. Lapangan kartika adalah lapangan utama di Batalyon 132, kegiatan seperti upacara bendera dan penyambutan tamu dilakukan dilapangan ini. 
Penyambutan peserta KKN dari seluruh delegasi tiap Universitas di Indonesia

Tiga kompi terdiri dari empat pleton. Setiap pleton dibimbing oleh seorang Komandan Pleton (Danton), dan setiap Danton dikepalai oleh seorang Komandan Kompi (Danki). Kami berbaris berdasarkan pleton masing-masing. Diberikan ucapan selamat datang oleh ketua panitia dan dibacakan urutan tata tertib yang berlaku di Batalyon 132 Wira Bima. Yang harus dipatuhi oleh siapapun yang memasukin wilayah kompleks TNI ini. Menjelang sore kami diharuskan menurunkan barang bawaan dan dibawa menuju Barak yang telah disiapkan.
Aku menyesal kenapa harus membawa barang sebanyak ini untuk keperluan selama sebulan. Apa sajakah yang aku bawa? Aku juga merasa begitu kesusahan untuk menarik koperku karena kondisi koper yang telah mengalami kecacatan pada roda. Beruntung sahabat sekelompokku Fitri dan Bunga bersedia membantuku.
Kami berputar-putar menemukan barak yang sesuai dengan informasi pada kertas ajaib yang diberikan oleh panitia. Barak Kipan C baru 2. Setelah mengelilingi seluruh barak hingga kebelakang komplek akhirnya kami menemukannya, tidak jauh dari jalan depan yang telah kami lewati. Aku mendapatkan Pelbet (sebuah kasur khusus tentara tanpa busa) menurutku ini bukan kasur melainkan sebuah tandu darurat untuk mengangkut orang yang dalam kondisi perang ataupun bencana.
Selamat datang masa pembekalan
            Setelah merapikan barang bawaan, tiga orang tentara perempuan yang berwajah sangar masuk kedalam barak. Dengan suara keras dia menekankan bahwa peserta hanya boleh menggunakan barak belakang yang muat untuk 85 orang. Dan dilarang keras menggunakan barak depan karena khusus untuk pembina barak.
Aku, Fitri dan Bunga terpaksan pindah dan mencari tempat kosong untuk kami tidur malam ini, memindahkan pelbet dan meminta space kepada sahabat kebangsaan lainnya. Setelah memindahkan barang dan merapikan pakaian kami mandi, merasakan segarnya air yang langsung mengalir dari mata air.
Pukul 17:00 WIB kami dikumpulkan dilapangan Kartika untuk makan malam. Dan tidak seperti pemikiran awalku. Kami tidak makan menggunakan talam ataupun daun pisang, melainkan sebuah tempat makan bernama OMPRENG. Sebuah tempat makan dengan banyak sekat yang memuat beraneka ragam makanan. Terdapat tempat untuk meletakkan nasi, sayur, lauk, minuman gelas dan buah.
 
Ompreng (tempat makan khas tentara)


Makan malam itu penuh ketakutan dalam diriku. Yang kubayangkan adalah bagaimana hidup dalam tekanan menghadapi keras dan tegasnya seorang TNI. Telah terbayang dibenakku pelatihan ala militer. Untuk menyisakan satu butir nasi saja aku tidak berani. Takut jika nasi yang bersisa akan disatukan dan dimakan bersama-sama. Akhirnya aku menghabiskan nasi dalam omprengku tanpa tersisa satu butir pun.
Setelah makan kami berdoa. Dan cara berdoa TNI berbeda dengan disekolah dulu.
DUDUK SIAP GRAKK !!
SETELAH MAKAN, BERDOA DIMULAI !!!
Dan kami berdoa, lalu ditutup dengan BERDOA SELESAI terimakasih ucap seluruh peserta.
Setelah makan malam kami diperintahkan untuk berkumpul di tenda utama. Tenda ini terletak dibelakang lapangan Kartika. Berbeda dengan Lapangan kartika diTenda Utama kami disediakan kursi untuk duduk dan diwajibkan untuk membawa alat tulis, karena pembekalan diberikan dalam bentuk materi oleh narasumber yang sangat luar biasa.
            Malam ini dibuka dengan pengenalan DPL desa, DPL kabupaten, ketua pelaksana (Pak Sarwondo) yang sangat terkenal dikalangan mahasiswa KKN Kebangsaan, rektor UR, dan banyak orang yang terlibat dalam pelaksanaan KKN Kebangsaan. Malam ini kami diperkenalkan dengan sebuah lagu “Maumere dari NTT”. Lagu dengan lirik aneh menurutku itu sungguh membakar semangat. Kami juga diharuskan menghafal Hymen KKN Kebangsaan. Berikut lirik dari hymne wajib tersebut
Mari kita semua bersama
Satu dalam membangun Indonesia
Satukan tekad dan Tujuan, TNI dan Mahasiswa
Didalam wadah Kuliah Kerja Nyata ‘kebangsaan’
Dari Sabang sampai Merauke
Tunas-tunas bangsa kebanggan kita dimasa depan
Suku Agama bukan penghalang
Untuk menjalin persaudaraan
Demi negara yang sangat kita cinta
Reff :
Semboyan kita bhineka tunggal ika
Berbeda-beda tapi tetap satu jua
Dasar negara, Pancasila
Tugas kita tuk menjaganya
Mari tunjukkan pada dunia
KKN Kebangsaan pemersatu bangsa
Tiada mengenal kata menyerah
Demi menggapai cita-cita
Mahasiswa sebagai penerus bangsa
TNI yang menjaga keutuhan bangsa dan negara
Bersama rakyat satukan kekuatan

Jujur peduli dan saling menghargai
Semoga kita setia hingga akhir masa
KKN Kebangsaan cikal bakal kegiatan
Merajut dan membangun persatuan dan kesatuan bangsa
Tujuan mulia menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera
Semoga Tuhan merestuin kita
Begitulah lirik dari hymne yang harus kami hafalkan selama beberapa hari kedepan. Malam penyambutan yang mengesankan. Dimana kami semua merasa seperti satu keluarga meskipun berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Esok adalah upacara pembukaan KKN Kebangsaan, kami diperintahkan menggunakan pakaian kemeja merah putih yang diberikan panitia. Malam ini kami beristirahat.
Pukul 03:00 WIB Aku dan Fitri mandi untuk menghindari antri yang begitu panjang melihat betapa kapasitas mahasiswa dalam satu barak sekitar 70-80 orang. Dan bisa dibayangkan bagaimana panjangnya antrian untuk membersihkan diri. Setelah mandi kami bersiap untuk shalat subuh dan berkumpul di area makan. Lalu berkumpul di Lapangan Hitam (lapangan bersemen untuk melakukan rutinitas apel pagi), dari lapangan hitam kami diarahkan menuju lapangan kartika untuk melaksanakan upacara pembukaan. Gladi yang berkali-kali membuat aku tidak tahan dan diungsikan ke ambulans milik PMI. Dan dipindahkan ke klinik milik kompleks TNI.
Diklinik aku berkenalan dengan seorang bernama Putri dari Bangka Belitung dan Diane dari Padang. Mereka orang yang luar biasa dan mengesankan bagiku. Bangka belitung sebuah daerah yang ingin sekali kukunjungi. Mendengar dari cerita putri aku sedikit mendapat gambaran tentang keadaan Bangka belitung yang merupakan daerah dengan banyak pantai dan luasnya hanya sekitar Pekanbaru-Dumai.
Setelah sedikit lebih kuat kami kembali ke Tenda Utama untuk medengarkan materi dari beberapa narasumber seperti : Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur Provinsi Riau, Danrem TNI 132 Wira Bima dan Menteri riset dan teknologi. Ketika kami sampai acara sudah hampir selesai. Kami diperintahkan untuk mengambil posisi makan dan antre dalam mengambil makanan. 

Kondisi makan di Batalyon

Saat mengantre adalah hal yang diwajibkan disini dan aku tengah melakukannya aku bertemu dengan seorang sahabat asal Aceh yang sudah akrab diduni maya bersamaku, namanya Maullidiya Izzzati Akbar yang sejak kemarin sudah begitu aku tunggu-tunggu namun dia dan delegasi Unisyah terlambat karena keterlambatan pesawat dari Medan-Pekanbaru.
Mollyyyyyy” teriakku ditengah keramaian
Mbaaaak” ucap Molly tak kalah histerisnya
Dimana barak Moooo? Mainlah ke barak Mbak didepan situuu” ucapku padanya
Mbak deh yang main ke barak Molly ya” ajaknya lagi
Oke, ntar siang ya sayang. Antri dulu sana ambil makanan
Siaaap Mbak
Bersyukurnya aku bisa menjadi bagian dari KKN Kebangsaan dimana aku bisa mempunyai teman dari banyak daerah di Indonesia. Sehingga ketika nanti aku ingin mengunjungi beberapa daerah aku tidak harus menginap dihotel bisa saja menumpang dengan mereka yang kukenal.
Setelah selesai makan siang kami disuruh kembali ke barak masing-masing untuk shalat zuhur dan istirahat. Ditengah sesak dan penuhnya mahasiswa KKN Kebangsaan yang berlalu lalang untuk kembali ke barak, aku berpapasan dengan seorang teman yang berasal dari UIN Suska Riau. Namanya Latifah, dia sedang bersama seorang teman yang baru saja  kukenal berasal dari UNAND Sumatera Barat. Diane. Ketika di Klinik tadi. Latifah begitu antusias ketika berpapasan dengankun
“Desiiiiii” sapanya kemudian
“Eh iya Ifa” balasku
Lalu ifa memperkenalkan teman yang tengah digandengnya “Ini teman Ifa, Dian” ucapnya kemudian “Dian, ini Desi teman ifa dari UIN. Aktivis kampus” ucapnya. Aku sampai malu diperkenalkan seperti itu
“Haha sudah kenal fa, tadi kami berkenalan di Klinik. Kan Dian?” ucapku sembari melemparkan senyum kepada Dian. Ifa yang sudah begitu antusias terlihat senyum 
 
Di Batalyon, Piringnya cuci Sendiri (Antriii yaaah, heheh)
 Agenda siangnya kami mendengarkan materi kembali hingga malam hari. Yang ditutup dengan apel malam. Pada malam harinya aku sudah sangat lelah dengan agenda satu hari full. Saat apel malam aku dipanggil untuk menyiapkan barisan dan memimpin lagu “Maju Tak Gentar”. Alasan danton memanggil karena aku selalu saja bercerita bersama Fitri sahabatku.
Alhasil malam itu aku dipermalukan karena tidak bisa menyiapkan barisan sebaik mungkin seperti yang telah diajarkan kepada kami. Ingin rasanya aku melapor bahwa danton tidak pernah mengajarkan kami untuk menyiapkan barisan ala Militer. Kami hanya mendengar ceritanya dan istirahat jika lelah lalu ditraktir gorengan dan air minum dingin saat pelatihan oleh danton yang bertanggung jawab untuk membimbing kami.
Apel malam selesai kami dikembalikan kebarak masing-masing untuk beristirahat atas kegiatan full seharian yang telah kami laksanakan.
Tepat pukul 01:00 WIB kami dibangunkan oleh sebuah bunyi tembakan pistol yang tiada henti. Suara tembakan itu akhirnya kami kenal dengan sebutan Alarm Steling dalam kehidupan TNI. Pagi ini kami diajak merasakan bahwa kehidupan seorang TNI itu begitu sulit. Bagaimana seluruh hidupmu harus Kau persembahkan untuk negara. Tidak ada jam tidur yang bebas untukmu. Tidak ada kehidupan pribadi, semuanya demi negara.
Kejadian lucu banyak terjadi pada kejadian Alarm Seteling. Dimana ada banyak peserta KKN yang keluar menggunakan baju tidur. Ada yang tidak memakai baju tetapi menenteng tas sandang, ada yang hanya menggunakan celana pendek sambil memakai sendal. Dan beraneka jenis tampilan lain yang lucu sekali jika mereka memandang cermin.
Aku dan Fitri sudah mengetahui sejak awal adanya Alarm Steling yang akan dibunyikan subuh ini. Sehingga ketika akan tidur kami hanya melepas jilbab dan letak sepatu kami juga tidak begitu jauh. Lalu ketika Alarm Stelling dibunyikan kami sudah dalam keadaan siap 80%.
Berhentinya Alarm Stelling, kami disuruh kembali ke barak untuk tidur dan mempersiapkan outbound besok siang.
Hallo Oubound...
            Pagi-pagi barak kipan C baru 2 sudah kena hukuman saja karena datang sangat terlambat. Bukan karna kami bangun kesiangan, namun kami tidak begitu paham teknis berkumpul pagi hari. Apakah perbarak atau kami langsung datang tanpa menunggu yang lain dan apakah harus menunggu aba-abanya.
Hari outbound diawali dengan senam pagi lalu pembacaan yel yel kompi.
Setelah kami dibariskan dilapangan hitam kami dibagi berdasarkan Kompi. Setiap kompi mendapatkan macam-macam outbound. Kompi 2 mendapatkan outbound Halang Rintang pada urutan pertama. Halang rintang memiliki 20 level, setiap levelnya memiliki kesulitan yang beragam dan semakin lama semakin sulit dan berbahaya. Dimana outboundnya berisi kegiatan melompat, berlari, memanjat dan berayun menggunakan tali. Dengan berbagai versi.
Setelah Halang Rintang kami lanjutkan dengan outbound Lempika (Lempar pisau dan kapak) setelah shalat zuhur. Lempika adalah teknik yang digunakan untuk menyerang musuh ketika tidak memiliki pistol, caranya juga melempar secara tepat musuh yang ingin dilumpuhkan. Setelah Lempika kami mendapatkan outbound jembatan dua tali yang berfungsi untuk memindahkan korban ataupun tentara melewati jurang, tebing ataupun sungai menggunakan tali.
Keinginan kami untuk mencoba Flying Fox gagal karena keterbatasan waktu yang ada. Kami dikumpulkan kembali dilapangan Kartika untuk persiapan materi dan jamuan makan malam bersama Bupati Kampar. Setelah breefing dan apel sore, dilanjutkan dengan persiapan shalat Maghrib dibarak untuk kemudian kembali berkumpul di Tenda Utama, tempat akan dilangsungkannya acara ramah tamah dan makan malam bersama Bupati Kampar.
Setiap kursi telah disediakan sebuah kotak nasi maka duduklah dikursi yang telah disediakan untuk menyantap makan malammu. Malam itu kami disuguhkan dengan penampilan Drama berjudul “kami manusia tersalai” oleh sebuah sanggar bernama latah tuah. Setelah penampilan drama dilanjutkan dengan penampilan dari ibu Morina dengan lagu yang paling ditunggu-tunggu “Maumere”. Aktivitas “senang-senang” kami berhenti dikarenakan sebuah kode yang menyebutkan bahwa bapak Bupati Kampar telah berada di Batalyon 132 Wira Bima. Itu tandanya beliau beberapa menit lagi akan duduk disinggasana yang telah dipersiapkan. Beberapa dosen bersalaman dengannya tanda menghormati seorang pemimpin kabupaten itu. Sebelum memulai diskusi terbuka kami dipersilahkan untuk menyantap makan malam, bersama dengan seluruh dosen dan Bapak Bupati.
Tidak begitu kurasakan pelatihan militer. Ini belum ada apa-apanya tidak seperti bayanganku yang begitu keras dan penuh dengan ketakutan serta tekanan. Tidak ada militer-militeran yang kami rasakan. Makan enak, hidup tenang, semuanya cukup dan memadai. Kami tidak mendapatkan tekanan seperti pelatihan militer yang harus bangun saat disuruh bangun. Yang merayap dan merangkak untuk menghindari rintangan. Berkotor-kotoran dalam pelaksanaan outbound. Yang penuh dengan bentakan dan teriakan. Semuanya terkendali dan kami bukan mahasiswa yang tengah mengikuti pelatihan militer melainkan tengah berkunjung ke  batalyon 132 Wira Bima.
Diskusi yang santai berubah menjadi begitu serius ketika seorang mahasiswa bertanya namun begitu memojokkan Bupati Kampar. Membuat Bapak Bupati langsung emosi. Pertanyaan yang sederhana yang seharusnya ditanggapi dengan kepala dingin oleh seorang pemimpin daerah. Yang mengatakan tentang ketidaksejahteraan masyarakat riau dan tentang pembakaran yang selalu terjadi diriau, apa langkah nyata seorang bupati untuk hal tersebut?
Ditambah dengan seorang mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI Padang Panjang) yang ingin bertanya namun tidak diberikan waktu oleh moderator. Kericuhan yang hampir saja terjadi dapat diatasi dengan turunnya bapak Korem 132 Wira Bima untuk datang menghampiri mahasiswa yang ingin bertanya tersebut. Menyalami dan mengatakan kenapa harus berkata seperti itu? Kenapa harus berteriak sekuat itu? Tidakkah yang dilakukan seperti itu bukan tindakan seorang mahasiswa.
Mahasiswa itu merasa segan karna didatangi langsung oleh pak Korem. Terlebih lagi pak Korem bertanya seperti mahasiswa itu adalah anaknya sendiri. Bertanya dari hati kehati dengan nada yang sangat lembut. Kericuhan dapat teratasi tanpa memakan waktu panjang. Ini membuktikan bahwa sekeras apapun lawan yang ada didepanmu akan tetap luluh jika dihadapi dengan kelembutan dan kebaikan. Bukan lantas melawan dengan kekerasan karna hanya akan menimbulkan permasalahan baru dan pertikaian.

Tidak ada komentar: