Sayonara
Batalyon 132 Wira Bima...
Subuh
sekali kami sudah disuruh untuk mengumpulkan barang bawaan kami. Mencari bus
yang akan mengantarkan kami menuju lokasi KKN. Untuk kabupaten pelalawan kami
tidak mendapatkan jatah menggunakan bus pariwisata karena memang kondisi jalan
tidak memungkinkan untuk dimasuki bus pariwisata. Sudah tergambarkan olehku
seperti apa desa kami nanti mengingat pernyataan pak Suwondo tentang kondisi
jalanan menuju desa Teluk Binjai.
Aku
dan Fitri dibantu oleh Alfu, Aidil untuk mengangkut barang bawaan menuju bus.
Dikejauhan Aku melihat Abidah dan Bunga sedang berjalanan bersama menuju bus.
Lantas aku langsung mengambil tas tentengan mereka untuk diangkut kemobil. Lalu
terlihat Imroaatun yang kemudian hari kami panggil dengan sebutan Mbak Iim.
Lalu tiga sekawan Koko, Adrian dan Ojik. Gampang sekali menemukan seluruh
anggota kelompok desa Teluk Binjai karena kami menggunakan baju yang sama. Hijau Toscanya KKN Kebangsaan.
Serine
panjang telah dibunyikan pertanda kami sudah harus berkumpul dilapangan
Kartika, melakukan upacara pelepasan mahasiswa KKN Kebangsaan menuju desa
tujuan. Pemberian pengarahan oleh ketua pelaksana tentang teknis lapangan
selama masa KKN. Penyampaian uang saku yang akan diberikan untuk setiap
kelompok sebagai dana melaksanakan program sesuai dengan tema KKN Kebangsaan.
Petualangan
kami dalam masa pendidikan oleh tentara militer telah berakhir. Hari ini kami
akan melihat wajah desa yang sering kami sebut dalam chat dan juga rapat
kelompok. Hari ini perjalanan disebuah desa pilihan panitia KKN Kebangsaan akan
dimulai.
Setelah
upacara pelepasan peserta memasukin Bus yang akan membawa menuju daerah
masing-masing. Dikawal oleh tentara militer selama perjalanan menuju Teluk
Binjai. Sepanjang jalan keluar tentara militer memberikan senyuman dan lambaian
tangan kepada kami semua didalam bus. Terlihat ketua pelaksana Pak Suwondo,
Ketua LPPM UR, Rektor UR, Rektor UIN, Danton, Danki dan pembimbing barak.
“Sampai jumpa dilain kesempatan Bapak dan Ibu
tentara. Terimakasih telah membantu kami selama masa pembekalan. Indonesia kami
membutuhkan militer hebat yang begitu mencintai tanah airnya seperti kalian.
Hidup yang kalian korbankan demi tanah air. Tidak hanya tentang uang, tidak
banyak yang sanggup menjadi tentara”
Perjalanan
kami dimulai..
Menyelusuri
jalan lintas Pekanbaru-Pelalawan. Rasa lelah dan kantuk yang kami rasakan belum
sebanding dengan rasa lelah yang akan kami rasakan nanti dilokasi KKN. Mengubah
mindset masyarakat untuk tidak lagi
membakar lahan bukanlah hal mudah. Menghentikan asap diRiau hanya dalam waktu
sebulan masih menjadi hal hampir mustahil. Jika untuk merubah kondisi tidak
sanggup bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan hilang asap dengan sedikit
kontribusi hari ini.
Ibaratkan menambah
setetes air dalam sebuah gelas berisi air. Meskipun diisi setetes, tidak akan
ada perubahan yang berarti secara kasat mata pada gelas tersebut namun secara
perlahan dan pasti air akan bertambah tanpa disadari. Begitulah perjuangan kami
di desa Teluk Binjai. meskipun masyarakat tidak serta merta langsung berubah
mindset tentang cara membuka lahan dengan cara bakar. Namun lama kelamaan
mereka akan berubah (Pak Syafrinaldi - dosen pembimbing KKN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar